Dalam sebuah berita yang disampaikan BBC yang kemudian
diterjemahkan dalam media on line berbahasa Indonesia dikatakan demikian, “Melansir BBC, Senin (15/10/2018), kejadian
ini pada Jumat (12/10) lalu. Air terjun berhenti mengalir sementara karena
Badai Callum menerpa daerah itu. Hembusan angin kencang oleh Storm Callum
meniup air kembali ke tebing. Pulau ini masuk ke dalam wilayah Skotlandia. Talisker
Beach memiliki pantai yang cukup cantik untuk dikunjungi seluruh keluarga.
Pantai ini dikelilingi oleh tebing dengan sebagian pantai berpasir dan ada pula
bagiannya yang berbatu. Sedang air terjun yang sempat terhenti laju airnya ini
memang amat dekat dengan pantai. Airnya pun langsung menuju Pantai Talisker”
(https://travel.detik.com).
Dalam situs on line tersebut diperlihatkan video pendek mengenai air terjun yang berbalik karena dorongan yang kuat dari badai Callum yang meniupnya. Saya teringat ketika kuliah teologi dimana salah satu dosen mengutip tafsir kelompok liberal yang tidak menerima kisah-kisah mukjizat baik dalam Kitab TaNakh dan Perjanjian Baru dan mencari penjelasan rasional terkait berbagai peristiwa adikodrati.
Dalam situs on line tersebut diperlihatkan video pendek mengenai air terjun yang berbalik karena dorongan yang kuat dari badai Callum yang meniupnya. Saya teringat ketika kuliah teologi dimana salah satu dosen mengutip tafsir kelompok liberal yang tidak menerima kisah-kisah mukjizat baik dalam Kitab TaNakh dan Perjanjian Baru dan mencari penjelasan rasional terkait berbagai peristiwa adikodrati.
Perihal terbelahnya Laut Teberau pun dianggap
sebagai peristiwa penyebrangan biasa dan menolak peristiwa adikodrati yang
dilaporkan dalam Kitab Keluaran sbb, “Lalu
Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu YHWH menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu
menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel
berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan
mereka air itu sebagai tembok bagi mereka” (Kel 14:21-22).
Peristiwa air
terjun yang tertahan menumpahkan airnya akibat badai Callum mematahkan
imajinasi anti adikodrati yang dikhayalkan para penafsir liberal. Bahkan jika
benar air yang disebrangi dangkal dan bangsa Israel melakukan penyebrangan
biasa, bagaimana menjelaskan peristiwa berikut dimana pasukan Mesir tenggelam, “Musa mengulurkan tangannya ke atas laut,
maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari
menuju air itu; demikianlah YHWH mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah
laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari
seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorang
pun tidak ada yang tinggal dari mereka” (Kel 14:27-28).
Dengan kata lain, jika badai Callum saja bisa menghentikan beberapa saat air terjun mengapa tidak memungkinkan air laut Teberau terbelah oleh intervensi Tuhan dengan menggunakan sarana alam berupa רוח קדים (ruakh qadim - angin timur)?
Kita tinggalkan sejenak persoalan pembuktian ilmiah terhadap fenomena mukjizat dalam Kitab Suci terkait peristiwa terbelahnya Laut teberau saat bangsa Israel menyebrang meninggalkan tanah perbudakan, Mesir.
Apa yang dapat kita pelajari dan makna apa yang kita dapatkan dari peristiwa ajaib yang diperlihatkan kepada bangsa Israel bagi kita yang hidup di masa kini? Sebagaimana Tuhan YHWH berkuasa membelah lautan sehingga terbagi dua dan dapat dilewati, demikianlah kita memperoleh keyakinan bahwa ketika kita menghadapi lautan persoalan yang membuat kita terhadang dan berputus asa karena tidak sanggup melewatinya, kita percaya bahwa Tuhan sanggup dan berkuasa membuka lautan persoalan itu sehingga kita dapat menghadapinya. Asalkan kita berdoa dan meminta Dia terlibat untuk membuka lautan persoalan yang menghadang kita.
Jangan melarikan diri dan selalu menghindari untuk menghadapi persoalan-persoalan kecil maupun besar. Hadapilah dan selesaikanlah sehingga kita memiliki pengalaman dan ketangguhan spiritual dan emosional yang akan menolong kita menghadapi berbagai persoalan yang lebih besar. Semakin kita berlari dan mencari kenyamanan karena enggan menghadapi risiko menghadapi persoalan, maka kita tidak akan pernah menjadi dewasa dan tidak memiliki pengalaman apapun. Mukjijat dan pertolongan Tuhan hanya kita dapatkan jika kita bersedia menghadapi dan mengalami masa sulit.
Jika hari ini kita terhadang oleh lautan persoalan, ingatlah bahwa sebagaimana Tuhan YHWH berkuasa membelah laut Teberau, Dia Tuhan yang sama yang sanggup membuka lautan masalah kita. Berserulah kepada Tuhan YHWH, Bapa Surgawi di dalam Yesus Putra-Nya Yang Tunggal itu agar membuat keajaiban dan membelah lautan persoalan sehingga kita dapat berjalan dengan aman.
No comments:
Post a Comment