Thursday, July 8, 2021

KETIKA SEGALA SESUATU TIDAK BERJALAN SEPERTI YANG KITA INGINI

Sumber: usa.today.com

Terlalu naif untuk mengatakan bahwa kehidupan dapat sepenuhnya dipahami. Kehidupan di dunia tetap menyimpan misterinya sendiri. Kita tidak bisa sepenuhnya mengerti bahkan memecahkan segala sesuatu yang terjadi di luar kendali kita yang hidup di masa kini.

Bahkan ketika kita telah menjadi orang yang memiliki status sebagai anak-anak Tuhan, yaitu orang-orang yang menerima karya penyelamatan Tuhan YHWH Sang Bapa yang telah mengutus Putra-Nya yang Tunggal, Sang Firman yang menjadi manusia, Yesus Sang Mesias nama-Nya (Yoh 1:12).

Terkadang kita melihat pada orang lain bahkan mengalami sendiri segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan dan apa yang kita ingini. Apakah ada yang merencanakan kehidupannya mengalami kebangkrutan? Adakah orang yang menginginkan sakit penyakit terjadi dalam kehidupannya? Adakah seseorang yang menginginkan mengalami kecelakaan yang meninggalkan cecak kecacatan dalam tubuhnya?

Semua pertanyaan itu pasti akan dijawab dengan satu kata yaitu “tidak!” Namun faktanya hal-hal buruk di atas bisa datang dan dialami oleh siapapun bahkan oleh seorang Kristiani yang memperoleh status “anak-anak Tuhan”. Kehidupan kadang berjalan tidak seperti yang kita ingini. Kehidupan sungguh tidak dapat diduga dan sepenuhnya dipahami.

Manusia bisa merencanakan segala yang baik untuk masa depannya namun terkadang sesuatu yang tidak baik dapat merusak dan memporak-porandakan seketika. Siapa yang pernah menduga bahwa pandemi Covid-19 akan datang dan mengubah semua konstelasi kehidupan? Berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berapa banyak bisnis yang gulung tikar sebelum dimulai atapun yang sudah lama berjalan? Berapa banyak nyawa yang mengalami kematian karena Covid-19 yang bahkan tidak pernah memilih korbannya?

Semua peristiwa ini memberikan pesan kepada kita semua bahwa kehidupan tidak sepenuhnya dapat kita pahami dan segala kemungkinan dapat terjadi di masa depan tanpa kita tahu secara pasti kebaikan yang datang atau keburukkan.

Adalah kotbah yang melenakkan jika mengatakan bahwa ketika kita menjadi orang Kristiani dan disebut ana-anak Tuhan hidupnya akan selalu dan selalu berhasil, sukses, unggul, nomor satu, juara, kaya raya dan sederet istilah mentereng lainnya. Dengan mengutip beberapa firman Tuhan yang ditafsirkan dengan keliru kemudian merajut pemikiran bahwa kehidupan Kristiani yang benar adalah kehidupan yang selalu berhasil dan sukses.

Keberhasilan, kemenangan, kekayaan, kejayaan, kesuksesan adalah janji yang diberikan oleh Tuhan melalui firman-Nya dalam Kitab Suci baik TaNaKh atau yang kita sebut Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Namun dimanakah ayat yang mengatakan bahwa sebagai orang beriman atau sebagai orang Kristiani kita akan selalu berhasil dan sukses serta kaya raya? Tidak ada!

Bahkan ayat yang paling digemari untuk dikutip demi membenarkan pemahaman bahwa menjadi orang Kristiani akan selalu sukses dan tidak akan pernah gagal yaitu salah satunya yang berbunyi, YHWH akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun.... (Ul 28:13), mengabaikan fakta bagaimana bangsa Yahudi yang mewarisi ayat-ayat inipun pernah mengalami masa lalu yang mengerikan saat Hitler dari Jerman menjalankan aksi pogrom yang menyengsarakan nasib orang-orang Yahudi di Jerman dan di negara manapun. Mereka harus mengalami kemiskinan karena kekayaannya dirampas sewenang-wenang. Mereka harus mengalami kematian yang mengerikan di bawah kepungan gas mematikan.

Kehidupan itu selalu memiliki dua sisi yang saling mengisi dan melengkapi yaitu suka dan duka, gembira dan sedih, kaya dan miskin, kekurangan dan berkelimpahan. Nasib buruk dan nasib baik bisa dialami siapapun baik orang beriman maupun orang fasik. Bukankah dikatakan, ..yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang. Akulah YHWH yang membuat semuanya ini (Yes 45:7). Dikatakan, “nasib baik” (shalom) dan “nasib malang” (ra’) dijadikan oleh Tuhan yang sama. Bagaimana mungkin orang beriman hanya akan mengalami nasib baik dan keberuntungan serta kejayaan terus menerus?

Pemahaman bahwa kehidupan Kristiani hanya memiliki satu dimensi yaitu dimensi keberhasilan atau kesuksesan material namun mengabaikan dimensi kegagalan dan penderitaan akan mengakibatkan dampak buruk bahwa ketika seorang Kristini mengalami kegagalan demi kegagalan maka dia akan merasa tertuduh dan menghakimi dirinya sebagai orang yang tidak atau kurang beriman.

Mari kita belajar dari Kitab Habakuk 3:17-19 bahwa krisis bisa memasuki kehidupan kita termasuk orang beriman. Pohon ara tidak selalu menghasilkan bunga seperti yang kita ingini. Pohon zaitun tidak selalu menghasilkan buah yang dapat dipergunakan sebagai bahan minyak. Ladang-ladang gandum ataupun benih padi tidak selalu menghasilkan panen yang diinginkan. Demikian pula kehidupan yang kita jalani di dunia saat ini tidak selalu berjalan seperti yang kita ingini dan rencanakan

Krisis tiba-tiba menggangu perjalanan kita. Krisis tiba-tiba mengguncangkan kesadaran dan keyakinan kita. Krisis memaksa kita memutar ulang rencana-rencan yang telah kita rencanakan. Namun yang paling penting dilakukan oleh orang beriman adalah bagaimana menjawab dan menghadapi krisis saat memasuki kehidupan? Di sinilah terletak perbedaan antara orang beriman dan orang fasik ketika krisis terjadi. Orang fasik akan menyalahkan siapapun termasuk situasi bahkan Tuhan. Sebaliknya, orang beriman justru menjadikan Tuhan sebagai sumber kekuatan untuk mengatasi krisis yang memasuki ruang kehidupan

Itulah sebabnya Kitab Habakuk 3:17-19 mengatakan sbb:

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

namun aku akan bersorak-sorak di dalam YHWH beria-ria di dalam Tuhan yang menyelamatkan aku.

YHWH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Arti teks firman ini hendak menegaskan kepada kita bahwa apapun yang terjadi, nasib baik nasib buruk, kita tidak akan meninggalkan Tuhan Yang Hidup. Semua yang terjadi tidak akan mempengaruhi kasih dan kesetiaan kita pada Tuhan Yang Hidup.

Sebaliknya, kita tetap bersyukur dan bersukacita sekalipun krisis sedang mengepung dan menghimpit kehidupan kita. Dengan kita tetap bersyukur dan bersukacita maka timbullah kekuatan dari-Nya sebagaimana dikatakan, יהוה אדני חילי   - YHWH Adonai kheyli (YHWH Tuhanku itu kekuatanku)

Dari semua uraian ini dapatlah disimpulkan bahwa menjadi orang beriman bukan berarti tidak sama sekali tersentuh krisis. Sebaliknya, kita berpotensi terkena krisis. Ketika kehidupan berjalan tidak sesuai rencana dan ekspektasi, itulah krisis yang mengecewakan dan menyedihkan.

No comments:

Post a Comment