Sumber: usa.today.com
Terlalu naif untuk mengatakan
bahwa kehidupan dapat sepenuhnya dipahami. Kehidupan di dunia tetap menyimpan
misterinya sendiri. Kita tidak bisa sepenuhnya mengerti bahkan memecahkan
segala sesuatu yang terjadi di luar kendali kita yang hidup di masa kini.
Bahkan ketika kita telah menjadi
orang yang memiliki status sebagai anak-anak Tuhan, yaitu orang-orang yang
menerima karya penyelamatan Tuhan YHWH Sang Bapa yang telah mengutus Putra-Nya
yang Tunggal, Sang Firman yang menjadi manusia, Yesus Sang Mesias nama-Nya (Yoh
1:12).
Terkadang kita melihat pada orang
lain bahkan mengalami sendiri segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan
harapan dan apa yang kita ingini. Apakah ada yang merencanakan kehidupannya
mengalami kebangkrutan? Adakah orang yang menginginkan sakit penyakit terjadi
dalam kehidupannya? Adakah seseorang yang menginginkan mengalami kecelakaan
yang meninggalkan cecak kecacatan dalam tubuhnya?
Semua pertanyaan itu pasti akan
dijawab dengan satu kata yaitu “tidak!” Namun faktanya hal-hal buruk di atas
bisa datang dan dialami oleh siapapun bahkan oleh seorang Kristiani yang
memperoleh status “anak-anak Tuhan”. Kehidupan kadang berjalan tidak seperti
yang kita ingini. Kehidupan sungguh tidak dapat diduga dan sepenuhnya dipahami.
Manusia bisa merencanakan segala
yang baik untuk masa depannya namun terkadang sesuatu yang tidak baik dapat
merusak dan memporak-porandakan seketika. Siapa yang pernah menduga bahwa
pandemi Covid-19 akan datang dan mengubah semua konstelasi kehidupan? Berapa
banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berapa banyak bisnis yang gulung
tikar sebelum dimulai atapun yang sudah lama berjalan? Berapa banyak nyawa yang
mengalami kematian karena Covid-19 yang bahkan tidak pernah memilih korbannya?
Semua peristiwa ini memberikan
pesan kepada kita semua bahwa kehidupan tidak sepenuhnya dapat kita pahami dan
segala kemungkinan dapat terjadi di masa depan tanpa kita tahu secara pasti
kebaikan yang datang atau keburukkan.
Adalah kotbah yang melenakkan
jika mengatakan bahwa ketika kita menjadi orang Kristiani dan disebut ana-anak
Tuhan hidupnya akan selalu dan selalu berhasil, sukses, unggul, nomor satu,
juara, kaya raya dan sederet istilah mentereng lainnya. Dengan mengutip
beberapa firman Tuhan yang ditafsirkan dengan keliru kemudian merajut pemikiran
bahwa kehidupan Kristiani yang benar adalah kehidupan yang selalu berhasil dan
sukses.
Keberhasilan, kemenangan,
kekayaan, kejayaan, kesuksesan adalah janji yang diberikan oleh Tuhan melalui
firman-Nya dalam Kitab Suci baik TaNaKh atau yang kita sebut Perjanjian Lama
dan Kitab Perjanjian Baru. Namun dimanakah ayat yang mengatakan bahwa sebagai
orang beriman atau sebagai orang Kristiani kita akan selalu berhasil dan sukses
serta kaya raya? Tidak ada!
Bahkan ayat yang paling digemari
untuk dikutip demi membenarkan pemahaman bahwa menjadi orang Kristiani akan
selalu sukses dan tidak akan pernah gagal yaitu salah satunya yang berbunyi, YHWH akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akan tetap
naik dan bukan turun.... (Ul 28:13), mengabaikan fakta bagaimana bangsa Yahudi
yang mewarisi ayat-ayat inipun pernah mengalami masa lalu yang mengerikan saat
Hitler dari Jerman menjalankan aksi pogrom yang menyengsarakan nasib
orang-orang Yahudi di Jerman dan di negara manapun. Mereka harus mengalami
kemiskinan karena kekayaannya dirampas sewenang-wenang. Mereka harus mengalami
kematian yang mengerikan di bawah kepungan gas mematikan.
Kehidupan itu selalu memiliki dua
sisi yang saling mengisi dan melengkapi yaitu suka dan duka, gembira dan sedih,
kaya dan miskin, kekurangan dan berkelimpahan. Nasib buruk dan nasib baik bisa
dialami siapapun baik orang beriman maupun orang fasik. Bukankah dikatakan, ..yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur
dan menciptakan nasib malang. Akulah YHWH yang membuat semuanya ini (Yes
45:7). Dikatakan, “nasib baik” (shalom) dan “nasib malang” (ra’) dijadikan oleh
Tuhan yang sama. Bagaimana mungkin orang beriman hanya akan mengalami nasib
baik dan keberuntungan serta kejayaan terus menerus?
Pemahaman bahwa kehidupan
Kristiani hanya memiliki satu dimensi yaitu dimensi keberhasilan atau
kesuksesan material namun mengabaikan dimensi kegagalan dan penderitaan akan
mengakibatkan dampak buruk bahwa ketika seorang Kristini mengalami kegagalan
demi kegagalan maka dia akan merasa tertuduh dan menghakimi dirinya sebagai
orang yang tidak atau kurang beriman.
Mari kita belajar dari Kitab
Habakuk 3:17-19 bahwa krisis bisa memasuki kehidupan kita termasuk orang
beriman. Pohon ara tidak selalu menghasilkan bunga seperti yang kita ingini.
Pohon zaitun tidak selalu menghasilkan buah yang dapat dipergunakan sebagai
bahan minyak. Ladang-ladang gandum ataupun benih padi tidak selalu menghasilkan
panen yang diinginkan. Demikian pula kehidupan yang kita jalani di dunia saat
ini tidak selalu berjalan seperti yang kita ingini dan rencanakan
Krisis tiba-tiba menggangu
perjalanan kita. Krisis tiba-tiba mengguncangkan kesadaran dan keyakinan kita.
Krisis memaksa kita memutar ulang rencana-rencan yang telah kita rencanakan.
Namun yang paling penting dilakukan oleh orang beriman adalah bagaimana
menjawab dan menghadapi krisis saat memasuki kehidupan? Di sinilah terletak
perbedaan antara orang beriman dan orang fasik ketika krisis terjadi. Orang
fasik akan menyalahkan siapapun termasuk situasi bahkan Tuhan. Sebaliknya,
orang beriman justru menjadikan Tuhan sebagai sumber kekuatan untuk mengatasi
krisis yang memasuki ruang kehidupan
Itulah sebabnya Kitab Habakuk
3:17-19 mengatakan sbb:
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil
pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan
makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam
kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam YHWH beria-ria di dalam Tuhan
yang menyelamatkan aku.
YHWH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia
membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Arti teks firman ini hendak
menegaskan kepada kita bahwa apapun yang terjadi, nasib baik nasib buruk, kita
tidak akan meninggalkan Tuhan Yang Hidup. Semua yang terjadi tidak akan
mempengaruhi kasih dan kesetiaan kita pada Tuhan Yang Hidup.
Sebaliknya, kita tetap bersyukur
dan bersukacita sekalipun krisis sedang mengepung dan menghimpit kehidupan
kita. Dengan kita tetap bersyukur dan bersukacita maka timbullah kekuatan dari-Nya
sebagaimana dikatakan, יהוה אדני חילי - YHWH
Adonai kheyli (YHWH Tuhanku itu kekuatanku)
Dari semua uraian ini dapatlah
disimpulkan bahwa menjadi orang beriman bukan berarti tidak sama sekali
tersentuh krisis. Sebaliknya, kita berpotensi terkena krisis. Ketika kehidupan
berjalan tidak sesuai rencana dan ekspektasi, itulah krisis yang mengecewakan
dan menyedihkan.
No comments:
Post a Comment