Tuesday, November 6, 2012

ISH TAMIM (ORANG YANG TIDAK BERCELA)



Ish Tamim” artinya “Manusia yang Tidak Bercela” atau “Saleh”. Selintas kata atau istilah ini mencerminkan suatu sifat yang ideal dan sukar ditempuh. Namun kita akan mengkaji secara singkat akar kata Tamim kaitannya dengan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, sehingga kit akan mendapatkan gambaran kongkrit makna kata yang terkandung dalam kata Tamim .

Perintah-perintah YHWH di dalam Yesus Sang Mesias tidak ada yang abstrak dan sulit. Perintah-perintah-Nya selalu kongkrit, riil dan dapat dikerjakan oleh umat-Nya. Yang sulit adalah kemauan dan komitmen kita untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya. Dasar pembahasan kita beranjak dari Firman Tuhan mengenai Abraham sbb, “Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka YHWH menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Tuhan Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela” (Kejadian 17:1).

Untuk memahami arti kata Ish Tamim, kita akan mengkaji terlebih dahulu kata Tamim dalam Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) yang lazim disebut oleh Kekristenan dengan Kitab Perjanjian Lama. Kata Tamim muncul dalam TaNaKh namun memiliki pengertian ganda dan tergantung konteks kalimatnya. Jika kata Tamim  dihubungkan dengan binatang, maka bermakna, “tidak memiliki cacat fisik”:

  1. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing” (Kel 12:5)

  1. Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya (YHWH) berkenan akan dia” (Im 1:3)

Jika kata Tamim dihubungkan dengan waktu, maka akan bermakna, “putaran waktu penuh sebagaimana dikatakan Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh” (Yos 10:13)

Jika kata Tamim dihubungkan dengan benda yang setara, maka bermakna “kembar” atau “pasangan”:“Kedua papan itu kembar pasaknya di sebelah bawah dan seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah atas, di dekat gelang yang satu itu, demikianlah dibuat orang dengan kedua papan yang untuk kedua sudutnya itu” (Kel 36:29)

Jika kata Tamim dihubungkan  dengan perilaku manusia, maka maknannya dapat berarti “saleh”, “tidak bercela”, “sempurna”:

  1. Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Tuhan)dan menjauhi kejahatan” (Ayb 1:1).

  1. Adapun Tuhan jalan-Nya sempurna; janji YHWH adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya” (Mzm 18:31)

  1. Aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan” (Mzm 18:24)

Dari kajian kata Tamim di atas, kita memperoleh pengertian bahwa kata ini merefleksikan keutuhan. Ibarat lingkaran, bulat utuh tidak bengkok atau patah. Ibarat air dalam gentong, dia mengisi penuh ruang kosong dalam gentong tersebut. Ibarat bumbu masak pada sayuran, bumbu itu mengkhamiri seluruh sayuran sehingga menciptakan rasa yang tepat. Dengan ilustrasi di atas, kata Tamim merefleksikan keutuhan, totalitas, komitmen.

Bagaimana kata Tamim dalam Kitab Perjanjian Baru? Yahshua Sang Mesias menutup midrash tentang makna kehadiran diri-Nya dan hubungannya dengan Torah, dengan mengatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”(Mat 5:48). Kata “sempurna” pada ayat tersebut, dalam naskah Yunani dipergunakan kata Teleios dan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan bahasa Ibrani untuk komunitas Yahudi, dengan kata Tamim.

Selengkapknya dalam Hebrew New Testament, dikatakan: “Laken heyu temimim, kaasher avikem bashamayim tamim hu”. Makna Tamim.  dalam ucapan Yesus Sang Mesias bermakna bahwa kita sebagai orang beriman, seharusnya memiliki perilaku hidup, sikap moral, gaya hidup yang melampui pemikiran rata-rata. Jika orang lain mampu membalas kekerasan dengan kekerasan, kita melakukan yang lebih dari itu yaitu mengampuni dan tidak membalas dengan kekerasan. Jika orang mengartikan berzinah hanya sebatas memiliki PIL (pria idaman lain) atau WIL (wanita idaman lain), kita menghindari pikiran-pikiran erotis ketika melihat seseorang yang menarik perhatian kita secara seksual. Jika orang mengartikan membunuh adalah menghilangkan nyawa seseorang, maka kita menghindari kata-kata umpatan yang jahat yang dapat membunuh karakter dan kepercayaan diri serta harga diri seseorang. Bukankah sikap-sikap ini merefleksikan sikap seorang Ish Tamim (manusia yang saleh dan tidak bercela)?


Davar sof (akhir kata), marilah kita berjalan, menjalani hidup dengan sikap yang Tamim., sehingga kita menjadi Ish Tamim di hadapan Tuhan Semesta Alam. Bukan hanya menjadi Ish Tamim di tempat ibadah atau di hadapan keluarga namun dimanapun, ditempat kerja, di tempat pendidikan, di tempat-tempat dimana kita tidak memiliki teman-teman yang seiman dengan kita. Apa hasilnya ketika kita mengejawantahkan sifat Tamim dalam seluruh aspek hidup kita? Sebagaimana dikatakan dalam Kejadian 17:2, “…Aku akan membuat engkau sangat banyak”. Banyak berkat, banyak kebaikan, banyak keindahan, banyak kedamaian, banyak kenikmatan, dll.


No comments:

Post a Comment