Seorang lelaki berusia 24 tahun sedang berada di kereta
api bersama dengan ayahnya. Ia melihat keluar melalui jendela kereta api dan
berteriak, “Ayah, lihat pohon-pohon itu
berjalan!”. Ayahnya tersenyum, namun pasangan muda yang duduk di dekatnya,
memandang perilaku kekanak-kanakan lelaki yang berusia 24 tahun dengan kasihan.
Tiba-tiba lelaki tersebut kembali berseru… “Ayah,
awan itu terlihat berlari mengejar kita!”. Pasangan ini tidak bisa menahan
rasa risih mereka dan berkata kepada orang tua lelaki tersebut, “Mengapa anda tidak membawa anak anda ke
dokter ahli jiwa?” Orang tua itu tersenyum dan berkata…“Saya sudah membawanya ke dokter, dan kami baru saja pulang dari Rumah
Sakit. Anak saya buta sejak lahir, dia baru bisa mendapatkan donor mata dan
baru bisa melihat hari ini”.
Setiap orang di dunia ini memiliki sebuah
cerita tersendiri. Jangan menilai orang lain sebelum anda benar-benar mengenal
mereka. Karena kenyataannya yang terjadi mungkin dapat mengejutkan anda. Yesus
bersabda, “Janganlah menghakimi menurut
apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (Yoh 7:24).
Pernyataannya
ini disampaikan dikarenakan Yesus dihakimi dan dipersalahkan sebelumnya
dikarenakan diri-Nya menyembuhkan orang di hari Sabat sebagaimana dikatakan, “Jikalau seorang menerima sunat pada hari
Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena
Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat” (Yoh 7:23).
Tidak mudah untuk bersikap adil dan melihat segala persoalan dengan utuh dan
berimbang. Kita cenderung menilai dan bertindak secara spontan berdasarkan
sejumlah pengalaman yang telah mewarnai kehidupan kita sehingga kita mudah terjatuh
melakukan generalisasi alias gebyah uyah
ketika membuat penilaian terhadap tindakkan seseorang.
Sabda Yesus menjelaskan
pada kita bahwa apa yang nampak alias dapat ditangkap mata belum tentu
menceritakan keseluruhan kisah. Apa yang ditangkap mata belum menceritakan
keseluruhan fakta dan kebenaran. Pepatah Jawa mengatakan, “Urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing
kesawang” (hidup itu hanya tentang melihat dan dilihat, jadi jangan
hanya melihat dari apa yang terlihat).
Berusahalah mencari tahu sebuah
persoalan sampai ke akarnya dan lihatlah semua konteks sebuah persoalan yang
kita nilai dan tidak mengandalkan sekedar apa yang kita lihat oleh mata dan
pengalaman empiris kita.
No comments:
Post a Comment