Friday, December 1, 2017

MENILAI DAN MENGHAKIMI DENGAN ADIL


Seorang lelaki berusia 24 tahun sedang berada di kereta api bersama dengan ayahnya. Ia melihat keluar melalui jendela kereta api dan berteriak, “Ayah, lihat pohon-pohon itu berjalan!”. Ayahnya tersenyum, namun pasangan muda yang duduk di dekatnya, memandang perilaku kekanak-kanakan lelaki yang berusia 24 tahun dengan kasihan. 

Tiba-tiba lelaki tersebut kembali berseru… “Ayah, awan itu terlihat berlari mengejar kita!”. Pasangan ini tidak bisa menahan rasa risih mereka dan berkata kepada orang tua lelaki tersebut, “Mengapa anda tidak membawa anak anda ke dokter ahli jiwa?” Orang tua itu tersenyum dan berkata…“Saya sudah membawanya ke dokter, dan kami baru saja pulang dari Rumah Sakit. Anak saya buta sejak lahir, dia baru bisa mendapatkan donor mata dan baru bisa melihat hari ini”

Setiap orang di dunia ini memiliki sebuah cerita tersendiri. Jangan menilai orang lain sebelum anda benar-benar mengenal mereka. Karena kenyataannya yang terjadi mungkin dapat mengejutkan anda. Yesus bersabda, “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (Yoh 7:24). 

Pernyataannya ini disampaikan dikarenakan Yesus dihakimi dan dipersalahkan sebelumnya dikarenakan diri-Nya menyembuhkan orang di hari Sabat sebagaimana dikatakan, “Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepada-Ku, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat” (Yoh 7:23). 

Tidak mudah untuk bersikap adil dan melihat segala persoalan dengan utuh dan berimbang. Kita cenderung menilai dan bertindak secara spontan berdasarkan sejumlah pengalaman yang telah mewarnai kehidupan kita sehingga kita mudah terjatuh melakukan generalisasi alias gebyah uyah ketika membuat penilaian terhadap tindakkan seseorang. 

Sabda Yesus menjelaskan pada kita bahwa apa yang nampak alias dapat ditangkap mata belum tentu menceritakan keseluruhan kisah. Apa yang ditangkap mata belum menceritakan keseluruhan fakta dan kebenaran. Pepatah Jawa mengatakan, Urip iku mung sawang sinawang, mula aja mung nyawang sing kesawang” (hidup itu hanya tentang melihat dan dilihat, jadi jangan hanya melihat dari apa yang terlihat). 

Berusahalah mencari tahu sebuah persoalan sampai ke akarnya dan lihatlah semua konteks sebuah persoalan yang kita nilai dan tidak mengandalkan sekedar apa yang kita lihat oleh mata dan pengalaman empiris kita.

No comments:

Post a Comment