Tuesday, November 20, 2018

MEREALISASIKAN KEMUNGKINAN KITA


Manusia, sebagai ciptaan Tuhan adalah mahluk yang sempurna dibandingkan ciptaan lainnya. Hanya manusia yang mampu membuat peradaban dan membentuk dunia menjadi sebagaimana kita lihat dan alami bersama saat ini. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai “Gambar dan Rupa Tuhan” (Kej 1:28). 

Manusia memiliki kemampuan “mencipta” dan “berkuasa” membentuk dunia ini sebagaimana dikatakan pemazmur, “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Tuhan, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:4-6). 

Bahkan kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Tuhan tetap dapat dibuktikan sekalipun manusia mengalami ketidaksempurnaan secara fisik (menurut ukuran umum kemanusiaan) yang kerap kita namai disabilitas. Kita kerap melihat dengan terpukau sejumlah orang seperti Nick Vucicic dari Rusia yang tidak memiliki kedua tangan dan kaki namun mampu menjadi mentor dan motivator Internasional dan menulis sejumlah buku bahkan berkeluarga secara normal dengan anak-anak sebagai buah hati? Demikian pula kita pernah dibuat berdecak kagum oleh wanita Asia cantik tidak memiliki kedua tangan namun kedua kaki mampu menjadi instruktur pesawat terbang. 

Sekalipun manusia adalah ciptaan yang sempurna dan telah memiliki sejumlah potensi dalam dirinya, namun mereka belum menyempurnakan hidupnya jika tidak menggunakan dan memaksimalkan dirinya. Manusia masih harus merealisasikan kemungkinan-kemungkinan dirinya di masa depan. 

Kita akan menjadi sebagaimana kita memperlakukan diri. Jika kita hanya berdiam diri dan berpuas diri dengan segala kekurangan kita dan terus menerus mengatakan bahwa diri kita tidak bisa melampaui segala keterbatasan, maka demikianlah kita akan menjadi seperti apa yang kita fikirkan dan ucapkan. 

Namun jika berani melampaui segala keterbatasan kita dan merealisasikan berbagai kemungkinan diri kita di masa depan, maka kita akan mendapatkan sebagaimana yang kita harapkan. Orang-orang seperti Nick Vucicic adalah contoh mereka yang tidak tersandera oleh dogma tentang takdir yang diterima secara fatalistik, melainkan yang telah merealisasikan kemungkinan-kemungkinan hidup di masa depan sebagaimana dikatakan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang" (Ams 23:18).

No comments:

Post a Comment