Tuesday, November 20, 2018

KEBERANIAN MENJALANI HIDUP


Pernyataan Yusuf diakhir riwayat yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian yaitu, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kej 50:20) merefleksikan tiga hal sbb: 

Pertama, ringkasan keseluruhan hidup Yusuf yang dimulai dari kehinaan akibat dibuang oleh saudara-saudaranya yang terbakar iri hati hingga mendapatkan kemuliaan sebagai pejabat pemerintah di Mesir yang dipercaya oleh Fir’aun untuk mengelola pangan. Kemuliaan yang diperoleh Yusuf harganya mahal dan harus melewati proses kesulitan dan penderitaan. Ketika melihat keberhasilan seseorang secara material, lihatlah prosesnya dan pelajarilah. Jika prosesnya dilewati dengan kejujuran, teladanilah. 

Kedua, bukti penyertaan Tuhan terhadap Yusuf dimana penyertaan Tuhan dinyatakan bukan hanya dalam keadaan mulia melainkan dalam kondisi hina dan menderita. Tuhan YHWH senantiasa menyertai dalam keberhasilan saat di rumah Potifar orang Mesir (Kej 39:2) namun menyertainya pula saat mengalami penderitaan akibat fitnah istri Potifar sehingga Yusuf harus di penjara (Kej 39:21). 

Ketiga, kearifan Yusuf memaknai seluruh peristiwa yang dialaminya sejak kecil hingga dewasa dimana banyak kepahitan dan penderitaan dialami. Jika melihat apa yang dialami Yusuf yaitu dibuang oleh saudara-saudaranya dan dimasukkan dalam sumur hingga dibeli oleh orang asing, tentu akan menimbulkan luka yang mendalam di hati Yusuf. Bisa saja Yusuf mengalami luka batin dan menyimpan dendam pada saudara-saudaranya. 

Jika melihat penderitaan Yusuf akibat fitnah istri Potifar sehingga harus kehilangan pekerjaan dan berada di penjara, tentulah menyakitkan rasanya. Pengalaman pahit dalam hidup seseorang bisa membentuknya menjadi pribadi yang terluka dan mempengaruhi seluruh tutur kata dan perilakunya namun bisa pula justru mendewasakan dan menumbuhkan karakter menjadi pribadi yang unggul. 

Sinar matahari yang sama bisa melelehkan es balok yang besar namun bisa juga mengeringkan tanah yang basah di pematang sawah. Jika ucapan Ayub diakhir kisahnya merefleksikkan pencerahan pribadi yang dialami sehingga semakin mengenal Tuhan secara pribadi (Ayb 42:5-6), maka ucapan Yusuf diakhir kisahnya merefleksikkan kearifan dan kedewasaan Yusuf dalam menyikapi pahit manis kehidupan.

No comments:

Post a Comment