Pernyataan Yusuf diakhir riwayat yang dikisahkan dalam
Kitab Kejadian yaitu, “Memang kamu telah
mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan telah mereka-rekakannya
untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini,
yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kej 50:20) merefleksikan
tiga hal sbb:
Pertama, ringkasan keseluruhan hidup Yusuf yang dimulai dari
kehinaan akibat dibuang oleh saudara-saudaranya yang terbakar iri hati hingga
mendapatkan kemuliaan sebagai pejabat pemerintah di Mesir yang dipercaya oleh
Fir’aun untuk mengelola pangan. Kemuliaan yang diperoleh Yusuf harganya mahal
dan harus melewati proses kesulitan dan penderitaan. Ketika melihat
keberhasilan seseorang secara material, lihatlah prosesnya dan pelajarilah.
Jika prosesnya dilewati dengan kejujuran, teladanilah.
Kedua, bukti penyertaan
Tuhan terhadap Yusuf dimana penyertaan Tuhan dinyatakan bukan hanya dalam
keadaan mulia melainkan dalam kondisi hina dan menderita. Tuhan YHWH senantiasa
menyertai dalam keberhasilan saat di rumah Potifar orang Mesir (Kej 39:2) namun
menyertainya pula saat mengalami penderitaan akibat fitnah istri Potifar sehingga
Yusuf harus di penjara (Kej 39:21).
Ketiga,
kearifan Yusuf memaknai seluruh peristiwa yang dialaminya sejak kecil hingga
dewasa dimana banyak kepahitan dan penderitaan dialami. Jika melihat apa yang
dialami Yusuf yaitu dibuang oleh saudara-saudaranya dan dimasukkan dalam sumur
hingga dibeli oleh orang asing, tentu akan menimbulkan luka yang mendalam di
hati Yusuf. Bisa saja Yusuf mengalami luka batin dan menyimpan dendam pada
saudara-saudaranya.
Jika melihat penderitaan Yusuf akibat fitnah istri Potifar
sehingga harus kehilangan pekerjaan dan berada di penjara, tentulah menyakitkan
rasanya. Pengalaman pahit dalam hidup seseorang bisa membentuknya menjadi
pribadi yang terluka dan mempengaruhi seluruh tutur kata dan perilakunya namun
bisa pula justru mendewasakan dan menumbuhkan karakter menjadi pribadi yang
unggul.
Sinar matahari yang sama bisa melelehkan es balok yang besar namun bisa
juga mengeringkan tanah yang basah di pematang sawah. Jika ucapan Ayub diakhir
kisahnya merefleksikkan pencerahan pribadi yang dialami sehingga semakin mengenal
Tuhan secara pribadi (Ayb 42:5-6), maka ucapan Yusuf diakhir kisahnya
merefleksikkan kearifan dan kedewasaan Yusuf dalam menyikapi pahit manis
kehidupan.
No comments:
Post a Comment