Hallowen adalah sebuah perayaan memperingati orang-orang mati yang dirayakan dengan mengenakan kostum-kostum yang beraneka ragam dan corak yang mewakili karakteristik tokoh tertentu. Orang Amerika dan Eropa menjadikannya sebagai ritual tahunan selain Christmass.
Asal Usul Hallowen
Hallowen merupakan tradisi kafir bangsa Druid dari kebudayaan Celtik di Inggris dan Eropa Utara untuk merayakan orang-orang yang mati. Dalam upacara Samhain mereka akan merayakan akhir akhir musim hujan dengan menyalakan api ungun. Mereka percaya bahwa saat itu arwah-arwah akan memenuhi jalanan dan hadir ditengah-tengah kehidupan manusia. Agar arwah-arwah tidak menggangu maka mereka akan mengelabui arwah-arwah dengan mengenakan kostum-kostum mirip hantu yang mengerikan. Ada juga yang menyalakan lilin di dalam labu yang dikosongkan isinya dan dibuat mata dan mulut yang dikenal dengan istilah Jack o Lantern. [1]
Dalam perjalanan sejarah, Gereja Katholik di masa Paul Gregory IV berusaha membaptiskan ritual pagan tersebut agar membuat kaum kafir berpaling kepada Yesus Sang Mesias. Kemudian diciptakanlah perayaan All Saint Day (perayaan orang kudus yang sudah mati) pada tanggal 31 Oktober dan kemudian diteruskan dengan All Hallow Eve (petang penyucian) pada Tanggal 1 November. Dari sinilah muncul istilah Hallow-en.[2]
Namun dalam prakteknya justru kebudayaan kafir tidak hilang bahkan menjadi-jadi sehingga merongrong akidah Kekristenan. Dan sampai hari ini perayaan ini tetap dirayakan secara antusias khususnya bagi kaum sekular yang tidak peduli dengan agama dihampir sebagian besar kebudayaan Amerika dan Eropa.
Apakah Orang Kristen Harus Merayakan Hallowen?
Tuhan sudah menetapkan hari-hari raya yang harus dilaksanakan oleh orang Kristen untuk merayakan karya penyelamatan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias yaitu Sheva Moedim (Tujuh Hari Raya) dalam Imamat 23. Perayaan Hallowen tidak ada kaitannya dengan iman Kristen. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan perayaan Hallowen yang kerap dihubungkan dengan okultisme dan sihir serta hal-hal berbau mistik dan magis.
Di Eropa dan Amerika, tidak sedikit jemaat Kristen yang merayakan dalam rangka sebagai jembatan untuk memberitakan Injil dengan membuang berbagai unsur kekafiran di dalamnya dan menggantikannya dengan unsur-unsur yang masih dapat dipertahankan yaitu pesta panen dan segala aspeknya. Namun ada juga yang sama sekali menolak dan tidak merayakan Hallowen karena tidak menemukan rujukan apapun juga dalam Kitab Suci
Dibalik Perayaan Hallowen: Bagaimana Nasib Orang-Orang Yang Telah Meninggal?
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa setiap perayaan Hallowen diyakini roh-roh orang mati atau arwah-arwah akan turun ke bumi dan berbaur dengan kehidupan manusia. Dan untuk mengelabui mereka maka manusia harus menggenakan kostum-kostum yang menampilkan yang mewakili karakteristik hantu dan arwah-arwah.
Apa yang dikatakan Kitab Suci Mengenai Arwah?
Ada dua jenis orang mati, yaitu Orang Benar (Tsadik) dan Orang Jahat (Reshaim). Kitab TaNaKh tidak banyak memberi informasi apa yang terjadi atas Orang Benar dan Orang Jahat setelah kematian mereka. TaNaKh lebih menekankan kematian sebagai ketidakberdayaan dan keterpisahan. TaNaKh lebih menekankan pada kehidupan dan bagaimana mengisi kehidupan dengan Torah sebagai penuntun dan pengajar. Hanya dalam beberapa Kitab seperti Yesaya memberikan gambaran mengenai “Pengadilan atas bumi” (Yes 24:21-23) dan “Hari Kebangkitan Orang Mati” dimana Orang Benar maupun Orang Jahat akan menerima upah (Dan 12:2-3).
Manusia yang mengalami kematian “tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak bangkit dari kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu), “tidak bangun dari tidurnya” (lo ye’oru) (Ayb 14:10-12, 14).
Apakah orang yang sudah mati dapat berkomunikasi dengan orang yang hidup atau “mengganggu orang yang hidup? Pembacaan Mazmur 88:11, menyatakan, “im refaim yaqumu yoduka?” (apakah roh orang mati dapat bangkit bersyukur). Ini bermakna bahwa orang yang telah terpisah rohnya dengan tubuhnya tidak dapat berhubungan, berkomunikasi, mengganggu dengan orang-orang yang masih hidup.
Menurut Pengkhotbah 12:7, “weyashav he’afar al haarets keshehaya, weharuakh tashuv el ha Elohim asher netanah” (dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Tuhan yang mengaruniakannya)”. Mereka yang telah meninggal, rohnya (arwahnya) telah kembali pada Tuhan. Lalu bagaimana menjelaskan berbagai fenomena tentang hantu, orang-orang mati yang berkomunikasi dan mengganggu orang yang hidup? Mereka adalah shatan yang menyamar. Shatan dapat menyamar menjadi Malaikat terang. Kitab Injil (Besorah) memberikan penegasan mengenai “jurang yang memisahkan” (Yun: “chasma mega “) antara orang mati yang satu dengan yang lain (Luk 16:26). Kitab Injil (Besorah) membedakan antara “Surga” (Ibr: Malkut ha Shamayim/Yun: Basilea Ouranoi) dan “Neraka” (Ibr: Gehinom/Yun: Gehena). Neraka adalah tempat penuh dengan api dan ratapan kesakitan serta kertakan gigi (Luk 16: 24, Why 20:15; 21:8). Surga adalah tempat yang indah dan penuh dengan kemuliaan Tuhan (Why 21-22).
Namun harus diakui bahwa ada sejumlah fenomena dalam kehidupan di sekitar kita yang belum dapat sepenuhnya terjawab perihal adanya arwah-arwah penasaran dikarenakan mati dalam keadaan tidak wajar. Dalam tradisi Yahudi biasanya dinamakan Dibbuq[3].
Apakah Diperbolehkan Berkomunikasi Dengan Arwah?
Imamat 19:31 mengatakan, “Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah YHWH Tuhanmu”. Tuhan melarang kita untuk melakukan komunikasi apapun dengan arwah karena itu adalah kekejian (toevah) sebagaimana dikatakan: "Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh YHWH Tuhanmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu. Di antaramu janganlah didapati seorang pun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi YHWH dan oleh karena kekejian-kekejian inilah YHWH Tuhanmu, menghalau mereka dari hadapanmu” (Ul 18:9-12).
Jika kita hendak meminta petunjuk untuk mengambil keputusan terhadap masa depan dan terhadap hal-hal pelik, kita harus meminta petunjuk pada Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan: “Dan apabila orang berkata kepada kamu: "Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit," maka jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada tuhannya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?" (Yes 8:19).
Apakah Yesus Memberitakan Injil Kepada Arwah Saat Dia Berbaring Di Rahim Bumi?
1 Petrus 3:19-20 mengatakan sbb, “…dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Tuhan ketika Tuhan tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.
Terjemahan ini berpotensi besar menimbulkan distorsi pemahaman. Mengapa dikatakan menumbulkan distorsi pemahaman? Karena mengesankan ada kesempatan kedua bagi orang-orang mati untuk bertobat. Padahal pintu pertobatan adalah kesempatan yang diberikan hanya bagi orang-orang yang hidup. Kata yang diterjemahkan “memberitakan Injil”, dalam naskah Yunani, kata ekeruzen dari akar kata keruzo yang artinya “mengumumkan”. Jika memberitakan, seharusnya digunakan kata euanggelizo.
Ayat diatas, lebih tepat jika diterjemahkan, “…dan didalam Roh itu juga Dia pergi mengumumkan kepada roh-roh yang ada didalam penjara,…”. Apa yang dumumkan oleh Yesus? Pertama, ayat 18 memberikan penjelasan dalam naskah Greek, “zoopoitheis de toi pneumati” (yang telah menerima kehidupan dalam Roh). Kata zoe memberikan indikasi kehidupan yang kekal.
DR. Harun Hadiwyono menjelaskan, “lebih tepat ayat ini diterangkan, bahwa peristiwa kenaikkan (Mesias) ke Sorga itu menjadi suatu proklamasi bagi jiwa yang tertawan”[4]. Demikian pula dengan DR. Van Niftrik dan D.S. Boland menegaskan, “Bagaimanapun juga, bahwa ayat-ayat yang begitu gelap ini mungkin dapat menginsyafkan kepada kita bahwa arti kematian dan kemenangan (Mesias) itu meliputi semesta alam serta segala masa”[5] .
Dalam Orthodox Brit Khadasha, dengan tepat diterjemahkan : |19| in which also to the ruchot (spirits) in mishmar (prison), having gone, Moshiach made the hachrazah (proclamation, kerygma) |20| to ones without mishma'at (obedience) back then when the zitzfleisch (patience) of Hashem was waiting, in the days of Noach, while the Teva (Ark) was being prepared, in which a few, that is shemoneh nefashot (eight souls), were delivered through that mabbul's mikveh mayim;… (Yang juga kepada roh-roh yang berada dalam penjara, Dia telah pergi, Mesias membuat proklamasi kepada orang-orang yang tidak taat, ketika Yahweh dengan setia menunggu, dizaman Nuh, saat bahtera disiapkan, dengan jumlah yang sedikit, yaitu shemone nefashot/delapan orang yang terbebas dari mabbul mikveh mayim/air bah).
Kedua, Yesus mengumumkan pada orang-orang mati bahwa diriNya akan menjadi Hakim Yang Adil (1 Ptr 4:6). Dalam terjemahan LAI, “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati…”. Untuk memahami pernyataan dalam 1 Petrus 4:6, perlu dirunut pada ayat 5, yang dalam naskah Yunani tertulis, “krinai zontas kai nekrous” (menghakimi yang hidup dan yang mati).
Meskipun dalam ayat 6 digunakan kata “euanggelisthe” (memberitakan), namun konteks Kabar Baik yang diberitakan atau diumumkan Yesus, adalah mengenai diriNya sebagai Hakim diakhir zaman. DR. David Stern memberikan komentar terhadap 1 Petrus 4:6 sbb: “Menurut Yokhanan 5:21, Rm 2:16, Yeshua Sang Mesias adalah yang berdiri untuk menghakimi yang hidup dan yang mati. Inilah sebabnya mengapa Dia memproklamasikan kepada mereka yang telah mati. Meskipun mereka mengalami penghakiman secara badani maupun dalam kematian, namun mereka akan mengalami kehidupan melalui Roh dengan cara yang telah Elohim sediakan”[6].
Dalam Orthodox Brit Khadasha, diterjemahkan: |6| For, indeed, this is the reason that the Besuras Ha Geulah was preached to the mesim (dead ones), that, though judged in the basar as men (MJ 12:23; Yn 5:25;1Th 4:13-18), they might live as G-d does in the spirit (Sebab, inilah alasannya bahwa Besuras ha Geulah/Kabar Baik Penebusan telah dikotbahkan kepada Mesim/orang yang mati, supaya dihakimi didalam daging seperti manusia, sehingga mereka menerima kehidupan sebagaimana Tuhan, didalam Roh). Meskipun Orthodox Brit Khadasha menerjemahkan dengan “mengkhotbahkan Kabar Baik Penebusan”, namun dapat dipahami dalam konteks orang-orang yang mati dizaman Nuh. Dan tidak tersirat bahwa Yesus memberitakan kepada orag-orang yang mati bahwa mereka harus bertobat, karena setelah kematian, tidak ada kesempatan kedua untuk bertobat.
Perlukah Kita Takut Dengan Arwah Bergentayangan Atau Roh-Roh Jahat?
1 Yohanes 4:4 mengatakan, “Kamu berasal dari Tuhan, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia”. Roh yang dimaksudkan oleh Yohanes adalah Roh Kudus yang berdiam dalam diri setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan yaitu Roh Kebenaran sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 14:17 sbb: “Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”.
Kita telah diberi kuasa untuk mengusir kuasa-kuasa jahat dalam nama Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan: “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:17-18).
Pergunakanlah kuasa yang telah diberikan Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Ilahi kita untuk mengusir kuasa-kuasa jahat yang mengganngu. Roh Kudus yang ada dalam diri kita melebihi kuasa roh-roh jahat sehingga kita tidak perlu takut dengan roh-roh jahat yang akan menyerang dan merasuki kita.
[3] Kajian mengenai Dibbuq dapat melihat resensi film yang saya beri judul sbb: UNBORN:Anatomi Keberadaan Roh Jahat Yang Merasuk dan Exorcisme Ala Yudaisme
http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/unbornanatomi-keberadaan-roh-jahat-yang.html
[4] Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998, hal 338
[5] Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK 1967, hal 206
[6] Jewish New Testament Commentary, JNTP, 1992, p.755
No comments:
Post a Comment