Monday, February 8, 2016

ESHET KHAYIL (WANITA YANG TANGGUH)




Amsal 31:10-31

Di Hindia Belanda era kolonial dikenal istilah Nyai yang dihubungkan dengan konotasi yang negatif mengenai keberadaannya karena mereka adalah perempuan pribumi yang menjadi istri simpanan para prajurit VOC. Realitas mengenai Nyai di era kolonial dikupas dalam buku karya Regie Bay yaitu  Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda” (Komunitas Bambu 2010). Pramoedya Ananta Toer, sastrawan, budayawan, novelis yang yang ditahan di era Orde Baru di pulau Buru merekam realitas penyaian dalam novel Tetraloginya, salah satunya dalam judul Bumi Manusia. Novel ini bukan hanya menceritakan kisah asmara yang pelik diantara dua sejoli yang berbeda status sosial dan ras (Minke dan Annelies) namun juga mengisahkan ketegaran dan keberanian serta kecerdasan seorang Nyai bernama Ontosoroh, ibunda Annelies yang telah melewati masa-masa sulit dalam kehidupan masa mudanya hingga dia memiliki seorang anak bernama Annelies dan Robert Surhof. 


Seperti telah dijelaskan dalam buku Regie Baay bahwa potret seorang Nyai begitu buruk dalam sistem sosial masyarakat dan kesusastraan kolonial namun melalui novel-nya, Pramoedya Ananta Toer melakukan konstruksi baru dengan menempatkan aspek yang lebih positip dalam tokoh Nyai Ontosoroh. Beberapa sifat dan karakteristik positip tokoh Nyai Ontosoroh dapat kita lihat al., Pertama, Nyai Yang Pandai Mengelola Perusahaan (Bumi Manusia, 2011:45). Kedua, Nyai Yang Gemar Membaca dan Mempelajari Situasi  (Bumi Manusia, 2011:344). Ketiga, Nyai Yang Berani Menentang Sistem Hukum Kolonial Yang Diskriminatif (Bumi Manusia, 2011:426). Pramoedya bukan hanya melakukan konstruksi ulang tokoh Nyai yang lebih terpelajar dan berwibawa, namun tidak lupa memberikan gambaran mengenai perfomance seorang Nyai melalui kecantikkan dan pakaian yang indah dan berwibawa (Bumi Manusia, 2011:32-33). 

Sehina apapun status perempuan pada zamannya, namun merekapun bisa tampil membangun martabat mereka sendiri jika mereka memperlengkapi diri mereka dengan pengetahuan, sebagaimana pesan dalam penokohan Nyai Ontosoroh. Amsal 31:1-31 memberikan gambaran wanita tangguh (eshet khayil) dengan kombinasi antara pengetahuan, ketrampilan dan kesalehan sehingga menjunjung nama suami dan seluruh kehidupan rumah tangganya. Para wanita, milikah pengetahuan, ketrampilan dan kesalehan untuk membangun rumah tanggamu dengan kekokohan.

No comments:

Post a Comment