Monday, February 8, 2016

JALAN MENGETAHUI ADALAH MENDENGAR DAN MENERIMA




Yesaya 50:4

Dalam buku Zen in Martial Art dikisahkan serba serbi tentang bagaimana Bruce Lee, seorang legenda kungfu, saat dia pertama kali menemui gurunya  untuk belajar ilmu. Saat dia bertemu dengan gurunya itu dan mulai bertanya dengan semangat 45 tentang ilmu Kungfu, Sang Guru menjawabnya hanya dengan berkali-kali menuangkan air dari sebuah teko kecil yang berisikan teh ke dalam sebuah cangkir kecil yang sudah penuh berisi air the sehingga air teh itupun tumpah ruah meluber kemana-mana, membasahi meja kecil di depan mereka berdua. Dipuncak kepenasarannya, sang murid bertanya dengan rasa dongkolnya: “Guru!, saya datang kesini untuk belajar ilmu, akan tetapi setiap pertanyaan yang saya ajukan, guru hanya menjawabnya dengan menuangkan air ke dalam cangkir yang sudah penuh itu sehingga air tersebut tumpah kemana-mana. Kenapa guru?”. 


Sang Guru tersenyum renyah memandang tepat ke mata sang Murid. Lalu dengan lembut dia berkata kepada murid kecilnya itu: “Bagaimana saya akan mulai  mengajarimu nak, sedang kamu datang kepadaku dengan kondisi dada dan otakmu yang sudah penuh dengan ilmumu yang memang sudah hebat. Setiap yang kuajarkan nanti, pastilah akan meloncat keluar lagi dari dalam dada dan otakmu itu, karena kau datang dengan sudah membawa segudang pola rasa dan pikiranmu sendiri nak?. Apapun yang akan kuajarkan nanti, maka kau akan membandingkannya dengan rasa dan isi otakmu yang sudah ada itu. Lalu buat apa aku mengajarimu sesuatu yang baru lagi kalau kau toh hanya akan kembali bertahan dengan isi otakmu yang sudah ada itu?”. 

 Sang murid termangu mencerna wejangan gurunya itu. Dan dengan agak kemalu-maluan, sang murid menjawab: “Benar guru, saya tadinya datang kepada guru dengan niat untuk memantapkan ilmu-ilmu yang sudah ada di dada dan di otak saya selama ini. Saya hanya berfikir bahwa saya, yang selama ini sudah merasa hebat, hanya butuh sedikit sentuhan akhir saja dari guru untuk mematangkan ilmu-ilmu saya ini”. Menjadi seorang murid Yeshua Sang Rabi, bukan saja kita meminta pada Yahweh agar memiliki “lidah seorang murid” (leshon limudim) agar berpegetahuan (lada’at) namun harus bersedia pula menjadi orang yang mengosongkan diri dan “mempertajam pendengaranku”(ya’ir li) agar menerima pengetahuan dan didikan Tuhan.

No comments:

Post a Comment