Ayub 2:9-10
Socrates (469-399 SM) adalah seorang Filsuf terkemuka
di Athena. Masa muda Socrates adalah berperang dan menjadi prajurit Athena yang
pemberani. Namun ia lebih suka berkeliling dari rumah ke rumah dan berdiskusi
tentang negaranya Athena dan kehidupan manusia Athena yang lebih baik dan
cerdas. Socrates selalu mempertanyakan kepada setiap orang bagaimana seseorang
bisa begitu gampang menerima setiap gagasan yang diwariskan para orang tua atau
guru mereka disekolah tanpa merenungkan dan mempertanyakan kembali apakah
gagasan tersebut benar atau salah. karena menurutnya tidak mungkin
mengembangkan kebijaksanaan sejati tanpa mempertanyakan segala sesuatu.
Suatu
hari, Socrates pulang dengan senang setelah seharian berdiskusi dengan orang-orang
dan disambut oleh istrinya dengan amarah, “Kamu
hanya berjalan-jalan saja sepanjang hari. Kamu tak pernah menghasilkan uang
satu sen pun! Lemari makan kita Kosong. Apa yang harus kita makan?”
Socrates mencoba tak menghiraukannya, sehingga istrinya semakin marah sehingga
memutuskan pergi dari rumah. Socrates tak tahu bahwa istrinya menaruh seember
air diatas pintu rumanya. Tentu saja ember itu jatuh dan menimpanya, Socrates
basah kuyup.
Namun Socrates tidak marah, bahkan dia membuat lelucon, ”Seharusnya aku tahu, selalu ada hujan
setelah turun petir” dan meneruskan perjalanannya. Cerita ini akhirnya
menjadi terkenal mengisahkan reputasi istrinya yang cerewet sehingga melahirkan
pepatah “Jika kamu menikahi perempuan
yang baik maka, hidupmu akan bahagia tetapi jika kamu menikahi perempuan
cerewet maka, setidaknya kamu akan menjadi seorang Filsuf”. Entahkah istri
Ayub seorang pemarah atau bukan – seperti istri Socrates - namun reaksi
kerasnya terhadap sikap Ayub yang masih tetap mempercayai Tuhan padahal
berbagai bencana telah menghilangkan bukan saja property keluarga namun juga
merampas kebahagiaan keluarga (Ayb 1:13-22), mengingatkan saya pada istri
Sokrates yang dikutip kisahnya di atas. Jika Ayub yang saleh dapat bertahan
dalam begitu besarnya tekanan persoalan yang menghimpitnya dengan tetap
berkata, “hatov neqabel meet ha Elohim we
et ha ra lo neqabel?” (Apakah kita mau menerima
yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?).
Dampingilah pasangan
Anda (suami/istri) di saat mereka sedang mengalami kesusahan dan bukan
menambahi bebannya dengan amarah dan ocehan yang menyakitkan
No comments:
Post a Comment