Wednesday, February 17, 2016

ZAQAR DAN NEQEBAH (LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN) SEBAGAI PENANDA KEBERLANSUNGAN REPRODUKSI MANUSIA DI BUMI DAN MANDAT MENGELOLA BUMI SEISINYA



Saat Tuhan YHWH menciptakan manusia, Dia bersabda:

ויברא אלהים את־האדם בצלמו בצלם אלהים ברא אתו זכר ונקבה ברא אתם
ויברך אתם אלהים ויאמר להם אלהים פרו ורבו ומלאו את־הארץ וכבשׁה ורדו בדגת הים ובעוף השׁמים ובכל־חיה הרמשׂת על־הארץ׃

(wayibra Elohim et ha Adam betsalmo betselem Elohim, bara oto zakar uneqevah bara otam. Wayevarek otam Elohim wayyomer lahem Elohim, pru urevu umilu et haarets ukivsuha uredu bidgat khayim uve’of hashamayim uvekol khayah haromeshet ‘al haarets - Maka Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.  Tuhan memberkati mereka, lalu Tuhan berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi - Kej 1:27-28). Melalui pembacaan teks di atas, kita akan menelaah beberapa hal penting sbb:

Makna Istilah “Adam”

Sebutan “ha Adam” (האדם) dalam bahasa Ibrani memiliki beberapa pengertian. Pertama, menunjuk pada “Manusia” yang diciptakan Tuhan baik laki-laki maupun perempuan, sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 1:27. Hal ini ditegaskan kembali dalam Kejadian 5:2 sbb: זכר ונקבה בראם ויברך אתם ויקרא את־שׁמם אדם ביום הבראם (zaqar uneqebah beraam wayevarek otam wayiqra et shemam Adam, beyom hibaram - laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama ‘Manusia’ kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan). Kedua, menunjuk pada manusia laki-laki pertama yang diciptakan Tuhan sebagaimana dikatakan: וייצר יהוה אלהים את־האדם עפר מן־האדמה ויפח באפיו נשׁמת חיים ויהי האדם לנפשׁ חיה (wayitser YHWH Elohim et ha Adam afar min ha Adamah, wayipakh beapaiw nishmat khayim wayehi ha Adam lenefesh khayah - ketika itulah YHWH Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup – Kej 2:7). Ketiga, menunjuk pada nama diri manusia laki-laki setelah bagian dalam dirinya (rusuknya) diambil dan diciptakan menjadi pasangan hidupnya sebagaimana dikatakan, וישׁמעו את־קול יהוה אלהים מתהלך בגן לרוח היום ויתחבא האדם ואשׁתו מפני יהוה אלהים בתוך עץ הגן׃ (wayishme’u et qol YHWH Elohim mithalek bagan, leruakh hayom, wayyithabe ha Adam weishtto mipeney YHWH Elohim betok ets hagan - Ketika mereka mendengar bunyi langkah YHWH Tuhan, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap YHWH Tuhan di antara pohon-pohonan dalam taman – Kej 3:8).


Arti nama “Adam” sendiri sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 2:7 berasal dari kata “Adamah” yang artinya “tanah”. Adapun nama istri Adam dinamai oleh Adam dengan sebutan “Khawah” yang artinya “kehidupan” sebagaimana dikatakan, ויקרא האדם שׁם אשׁתו חוה כי הוא היתה אם כל־חי (wayyiqra ha Adam shem ishtto Khawah, ki hi hayeta im kol khay -Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup – Kej 3:20).

Makna Istilah “Gambar dan Rupa Tuhan”

Dalam Kejadian 1:26 dikatakan, “wayyomer Elohim, naasyeh adam betsalmenu kidemutenu…” (dan berfirmanlah Tuhan, marilah kita menjadikan manusia berdasarkan gambar dan keserupaan dengan Kita). Kata Ibrani “tselem” (צלמ) bermakna “gambar/lukisan yang menyerupai aslinya” (1 Sam 6:5), “patung yang menyerupai aslinya” (Bil 33:52, Yekhz 16:17). Septaginta menerjemah “tselem” dengan “eikona” (εικονα - gambar). Sementara kata “demut” (דמות) bermakna “keserupaan atau kemiripan dengan aslinya” (Yekhz 8:2, 2 Rak 16:10), “setara dengan aslinya” (Yes 40:18). Septuaginta menerjemahkan demut dengan “homoisin” (ομοιωσιν - kemiripan, kesehakikatan).

Arti bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan dengan Tuhan, bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan yang menampilkan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tersebut, nampak dalam tiga perkara, yaitu: Pertama, hakikat manusia, yaitu ciptaan yang bukan terdiri dari unsur tanah belaka namun yang dihembusi “nefhes khaya” (nafas kehidupan) oleh Tuhan. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan, “wayyitser Yahweh et ha adam afar min ha adaman, wayipakh beapaiw nishmat khayim, wayehi haadam lenefesh khaya”. Manusia dicipta dari unsur tanah, namun dia mulia karena dihembusi nafas Tuhan, sehingga dia menjadi jiwa yang hidup. Manusia bukan sekedar mahluk yang ada hanya karena dikatakan “yehi” (ada) maka “yehi” (ada) seperti binatang dan tummbuhan. Manusia dibentuk dan diambil dari unsur bumi namun diberi kemuliaan karena memiliki “nishmat Elohim” atau “nafas Tuhan”. Inilah yang menyebabkan manusia memiliki dua kesadaran, yaitu kesadaran akan Tuhan di dalam batin atau rohnya dan kesadaran akan alam semesta di dalam jiwa serta pancaindra tubuhnya. Kedua, mandat manusia, yaitu menerima mandat penatalayanan bumi dan mengelolanya, baik darat dan lautan. Dikatakan dalam Kejadian 1:26 sbb: “…wayirddu bidgat hayyam ubeof hashamayim uvabehema uvekal haarets uvekal haremesy haromesy al ha arets” (supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi). Ayat ini adalah sebuah mandat yang diberikan pada manusia sebagai ciptaan yang mulia untuk “memerintah” (rada) atas bumi dan seisinya sesuai dengan hakikat dirinya sebagai ciptaan yang mulia dan bukan “mengeruk kekayaan alam sepuas-puasnya”.

Makna “Zaqar” dan “Neqebah”

Saat Tuhan menciptakan manusia menurut Rupa dan Gambar-Nya, mereka telah dibedakan berdasarkan jenis kelamin mereka sebagaimana dikatakan, ויברא אלהים את־האדם בצלמו בצלם אלהים ברא אתו זכר ונקבה ברא אתם׃ (wayibra Elohim et ha Adam betsalmo betselem Elohim, bara oto zakar uneqevah bara otam - Maka Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka, Kej 1:27). Menariknya, jika pembedaan jenis kelamin manusia dibedakan dengan istilah “zakar” (זכר) dan “neqebah” (נקבה) dalam Kejadian 1:27, maka dalam Kejadian 2:23 dipergunakan istilah “ish” (אישׁ) dan “ishah” (אשׁה), sebagaimana dikatakan: ויאמר האדם זאת הפעם עצם מעצמי ובשׂר מבשׂרי לזאת יקרא אשׁה כי מאישׁ לקחה־זאת (wayyomer ha Adam, zot hapa’am etsem meatsamay ubasyar mibeshari, lezot yiqqare ishah, ki meish luqohah zot - Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup). 

Apa perbedaan antara “zakar” dan “neqebah” (Kej 1:27) dan “ish” dan “ishah” (Kej 2:23)? Istilah “zakar” dan “neqebah” lebih menunjuk pada fungsi seksual serta organ reproduksi sementara istilah “ish” dan “ishah” lebih menunjuk pada pasangan dari seseorang yang bersifat setara, sejajar, sederajat. Kita akan buktikan bahwa istilah “zakar” dan “neqebah” lebih menunjuk pada fungsi seksual serta organ reproduksi, karena kedua istilah ini bukan hanya ditujukan pada manusia belaka melainkan pada hewan sebagaimana dikatakan: “Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama-sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa” (Kej 6:19). Perhatikan frasa “jantan dan betina harus kaubawa” dipergunakan זכר ונקבה יהיו (zakar uneqevah yihyu). Dengan demikian istilah “zakar” dan “neqebah” dapat dipergunakan untuk manusia dan hewan serta ditujukkan untuk menamai organ dan fungsi seksual mahluk ciptaan Tuhan, entah manusia ataupun hewan. 

Sementara istilah “ish” dan “ishah” hanya dipergunakan untuk manusia dan bermakna suatu pasangan yang menjalin relasi atau hubungan yang setara, sederajat. Oleh karenanya kemudian istilah “ish” dan “ishah” bukan hanya diterjemahkan laki-laki dan perempuan namun “suami” dan “istri” sebagaimana dikatakan:  “Sebab itu seorang laki-laki (אישׁ - ish) akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (אשׁה -ishah), sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24). 

Secara filosofis istilah “ish” dan “ishah” mengandung makna bahwa keduanya tidak akan lengkap dan utuh jika tidak ada kehadiran satu dengan yang lainnya. Manusia laki-laki dan perempuan saling melengkapi satu dengan yang lainnya, khususnya dalam ikatan pernikahan. Kehadiran manusia laki-laki dan perempuan yang saling melengkapi satu sama lain dirumuskan kembali dalam Kejadian 2:18 sbb: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Apa arti “penolong yang sepadan?”. Untuk mendapatkan pemahaman mengenai istilah tersebut kita merujuk pada teks berbahasa Ibrani yang menuliskan dengan istilah ezer kenegdo (עזר כנגדו) . Kata Ibrani ezer (עזר) muncul dan diterjemahkan dalam Kitab Suci menjadi “penolong” namun tidak pernah satupun mengindikasikan hubungan yang bersifat hirarkhis dan manipulatif serta penundukkan (1 Raj 20:16, 2 Raj 14:26, Ayb 29:12, Mzm 30:11, Yes 31:3). Kata Ibrani yang menunjukkan sifat hirarkhis dan ketundukkan adalah eved (hamba, budak -Kel 21:2, Mzm 116:16) dan shifkhat (hamba,pembantu, budak perempuan - Kej 16:3). Banyak orang yang memahami perempuan, istri sebagai obyek dari laki-laki, suami. Obyek hawa nafsu seksual, obyek pemerasan, obyek kekerasan, obyek penindasan, obyek penipuan, dll. Namun Kitab Kejadian 2:18 memberikan penegasan bahwa perempuan, istri bukan obyek. Dia subyek dalam rumah tangga yang setara dengan lelaki, suami. Kata neged dalam frasa ezer kenegdo, bermakna “di hadapan”, “sesuai”, “cocok”.

Maka arti kehadiran perempuan dalam rumah tangga seorang lelaki adalah penolong, pendamping yang sejajar, setara, sesusai, cocok dengan dirinya (Band. Istilah Ish: Laki-laki dan Ishah: Perempuan). Dengan kata lain, keberadaan lelaki, suami, tanpa seorang perempuan, istri tidaklah lengkap. Kehadiran perempuan dalam kehidupan lelaki adalah untuk melengkapi kekurangan lelaki. Memperlakukan perempuan sebagai pribadi yang dikuasai sepenuhnya, perlakuan kasar, perlakuan represif justru menempatkan perempuan menjadi eved (hamba, pembantu, budak). Laki-laki, suami harus memperlakukan istrinya sebagai ezer kenegdo dalam mendayung bahtera rumah tangga dan menyelesaikan semua persoalan-persoalan dalam hidup karena keberadaan keduanya saling melengkapi dan saling mengisi seperti ungkapan syair berikut: “Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria/ bukan dari kepalanya untuk menjadi atasan/ bukan pula dari kaki untuk dijadikan alas,/ melainkan dari sisinya (tulang rusuk) untuk menjadi mitra sederajat/ dekat pada lengannya tuk dilindungi / dan dekat dihatinya tuk dicintai….. .”

Perintah Bereproduksi, Memenuhi, Menaklukkan Bumi

Tujuan Tuhan YHWH menciptakan manusia dengan jenis kelamin yang berbeda adalah untuk bereproduksi dan menghasilkan generasi penerus yang diistilahkan dengan kata Ibrani “pru” (פרו) atau “berbuah” yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diterjemahkan dengan “beranak cuculah”. Generasi yang dihasilkan oleh manusia laki-laki dan perempuan akan “memenuhi bumi” yang dipergunakan bahasa Ibrani “milu” (מלאו) yang artinya “penuh”. Generasi yang semakin banyak dan memenuhi bumi ini menerima mandat untuk mengelola bumi dengan istilah “kivshuha uredu” (וכבשׁה ורדו) yang secara literal dapat diterjemahkan, “taklukan dan memerintahlah atas bumi”. Apa yang kita lihat hari ini memperlihatkan kebenaran sabda Tuhan bahwa manusia telah berhasil menaklukan dan menguasai, mengendalikan, mengatur, memerintah bumi ciptaan Tuhan melalui perkembangan pengetahuan dan teknologi, sekalipun melalui pengetahuan dan teknologi pula manusia mulai merasa menjadi dewasa dan ingin menjauhkan Tuhan dari kehidupan mereka sehari-hari sebagaimana yang terjadi di dunia Barat paska Renaisance (Abad 15 Ms) dan Aufklarung (Abad 18 Ms).

 “Zaqar” (laki-laki) dan “Neqevah” (perempuan) adalah prasyarat keberlangsungan reproduksi manusia di bumi. Manusia tidak akan mampu memenuhi bumi dan menaklukan dan menguasai serta memerintah bumi jika organ reproduksinya sejenis saja. Oleh karena itulah Tuhan menciptakan manusia itu berpasangan dan berlainan jenis organ seksual dan reproduksi serta disebut dengan laki-laki dan perempuan. Sebagai manusia yang diciptakan berdasarkan “Gambar” dan “Rupa” Tuhan, marilah kita memenuhi dan menaklukan bumi melalui ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai anugrah Tuhan yang telah dipercayakan pada kita dengan tujuan membawa manfaat bagi banyak orang dan bukan untuk merusak alam ciptaan Tuhan. Perintah “menaklukan dan berkuasa atas bumi” bukan bermakna melakukan eksplorasi habis-habisan kekayaan alam dengan mengabaikan keberlangsungan dan keberlanjutan ekologis demi tujuan penumpukkan kapitalistik yang masif dan rakus. Perintah “menaklukan dan berkuasa atas bumi” bermakna kita berkewajiban mengeksplorasi dan mengelola kekayaan alam demi keberlangsungan kehidupan umat manusia dan bukan demi kebinasaan umat manusia.

No comments:

Post a Comment