Wednesday, June 27, 2018

TUHAN MENYINERGIKAN DEMI KEBAIKAN


Kita tidak bisa memilih bahwa kehidupan yang kita jalani akan berada dalam kondisi bahagia, gembira, damai sentosa, berhasil, sukses terus menerus. Jika Anda meyakini bahwa hidup sebagai anak-anak Tuhan hanya akan mengalami kemenangan dan keberhasilan dan tidak mengenal kekalahan, kerugian, maka Anda telah menjadi korban para penganjur Teologi Kemakmuran yang mengajarkan absolut positivism namun tidak menyadari ada sisi negatif dari pemujaan terhadap segala sesuatu yang serba positif.
Mereka yang menganut absolut positivism menganggap kemiskinan, kerugian, kecelakaan, sakit penyakit sebagai tanda-tanda kutuk yang harus disingkirkan melalui doa-doa pelepasan. Jika membaca teks Roma 8:28 dalam bahasa Yunani dituliskan, “tois agapoosin ton Theon panta sunergei eis agathon” yang kurang lebih terjemahannya, “bagi mereka yang mengasihi Tuhan, semua (peristiwa) bersinergi untuk kebaikkan”.

King James Version (KJV) menerjemahkan, “That all things work together for good to them that love God”. Dalam kaca mata iman, semua peristiwa (positif dan negatif, untung dan rugi, suka dan duka, bahagia dan derita) bersinergi alias bekerja sama untuk mengerjakan kebaikkan bagi mereka yang mengasihi Tuhan.
Kata Yunani sunergeo menjadi asal kata Inggris synergy yang bermakna selaras atau bekerjasama. Frasa Yunani panta sunergei mengandaikan semua peristiwa dan bukan sebagian peristiwa. Semua peristiwa baik dan buruk bersinergi untuk kebaikkan bagi orang yang mengasihi Tuhan. Teks ini mengemakan kembali apa yang disabdakan Tuhan YHWH, “...yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah YHWH yang membuat semuanya ini” (Yes 45:7).
Perhatikan frasa Ani YHWH osyeh kol elle yang setara dengan frasa Yunani panta sunergei. Tanpa kearifan dan pengakuan peran Tuhan dalam semua peristiwa yang kita alami, kita akan kerap jatuh dalam berbagai kekecewaan karena hanya bersukacita saat peristiwa yang baik menghampiri kehidupan kita namun murung dan menyalahkan Tuhan ketika sesuatu yang buruk menghampiri kehidupan kita.
Teladanilah Ayub yang berani mengatakan “Ya” terhadap segala bentuk kehidupan yang dialami dengan berkata, “apakah kita mau menerima yang baik dari Tuhan, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayb 2:10)

No comments:

Post a Comment