Tuesday, June 12, 2018

RASUL PAUL DAN HUKUM KASHRUT


“Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat” (1 Kor 7:18). Paulus menunjukkan prinsip ini dengan tidak memaksa Titus (orang Yunani) untuk disunat (Galatia 2: 3). Namun, dia mendukung penyunatan Timotius karena dia orang Yahudi (anak seorang ibu Yahudi dan ayah Yunani). Paulus melakukannya untuk mengantisipasi bahwa peraturannya tentang sunat akan benar ditantang oleh komunitas Yahudi setempat, karena rekan kerjanya Timotius, sebenarnya adalah orang Yahudi, namun tidak disunat (Kis. 16:3).

Di dalam suratnya yang lain Rasul Paulus mengecam, “Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Tuhan supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran” (1 Tim 4:13). Penafsiran tradisional mengatakan adalah bahwa Paulus memerintahkan Timotius untuk menentang pembagian yang dikategorikan oleh Torah menjadi Tahor (bersih) dan Tame (najis).

Seolah-olah Rasul Paul menentang perintah Torah dalam Imamat 11. Namun, pembacaan semacam itu bermasalah karena beberapa alasan yaitu, Pertama, penafsiran semacam itu mengabaikan fakta bahwa pernyataan “Karena semua yang diciptakan Tuhan itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur” (1 Tim 4:14) adalah gagasan Yahudi yang dijunjung tinggi secara universal (Kej.1: 25). Kedua, hanya karena ciptaan Tuhan itu baik, tidak berarti semua itu bisa digunakan untuk makanan oleh orang Israel (Im 11:13). Ketiga, ajaran “melarang orang kawin” jelas bukan bersumber dari Torah. Rasul Paul sedang mengecam ajaran Gnostisisme yang menekankan penyangkalan diri termasuk ekspresi seksual sebagai anugrah Tuhan.

Sebenarnya, Paulus secara khusus menyatakan bahwa segala sesuatu dapat dimakan hanya jika dua syarat tertentu terpenuhi yaitu Tuhan telah menguduskannya dengan firman-Nya, dan pemuja telah menguduskannya dengan doanya (1 Tim 4:4). Rasul Paulus menginstruksikan Timotius untuk mengingat, terutama setelah penyunatannya, bahwa dia harus menghormati Tuhan Israel dalam setiap detail hidupnya sebagai orang Yahudi yang mengikuti Mesias, termasuk cara dia makan.

Apakah Paulus menyuruh orang Yahudi untuk memakan makanan yang  najis? Tidak, justru beliau mengatakan yang sebaliknya

No comments:

Post a Comment