Tuesday, June 12, 2018

BESI MENAJAMKAN BESI MANUSIA MENAJAMKAN MANUSIA


Dalam salah satu tayangan televisi yaitu Lifetime ditayangkan sebuah program hiburan berjudul Forged in Fire. Acara ini berisikan 3 sesi pertandingan dari tiga peserta. Semua yang bertanding adalah para pandai besi terlatih baik muda maupun tua. Sesi pertama membuat senjata tajam dari bahan baja bekas mobil dsj yang diinginkan juri yang terdiri dari sejumlah ahli di bidangnya, baik ahli senjata maupun ahli beladiri dengan senjata.
Pada sesi pertama akan diuji perfomance senjata yang dihasilkan baik bentuk dan ketajaman. Pada sesi kedua dilanjutkan dengan penyempurnaan senjata yang telah dibuat dengan memberikan gagang terbaik lalu diuji dalam ujian fisik berupa menusuk dan menyayat atau memenggal obyek.

Di sesi kedua ini selalu ada yang gugur dan dipulangkan karena gagal memenuhi standar uji para juri. Mereka yang berhasil memasuki sesi tiga akan diberi tugas selama 7 hari untuk membuat senjata kuno dari berbagai bangsa-bangsa dan setelah itu diuji oleh para juri dari aspek ketajaman, kemampuan menebas, menusuk, menyayat, memenggal.
Tidak jarang ada senjata yang patah saat disabetkan pada obyek dikarenakan ketidaksempurnaan dalam proses pembentukkan. Yang menarik dari kompetisi ini adalah saat proses penempaan bahan baku hingga terbentuknya senjata baik kapak, pisau, pedang dll. Diperlihatkan bagaimana mulai dari proses pembakaran dalam suhu tinggi, penempaan berulang-ulang hingga proses akhir yang membuat masing-masing senjata tersebut terlihat indah namun juga berfungsi dan bersifat mematikan tentunya.
Batangan besi-besi yang dibentuk entah menjadi sebatang pisau ataupun pedang yang indah dihasilkan dari pukulan dan panas api ratusan derajat celcius. Tidak akan ada senjata indah dan mematikkan dihasilkan dari pukulan besi terhadap besi tanpa besi tersebut dipanaskan dalam api karena dalam posisi besi yang panas maka dapat dengan mudah dibentuk sesuai selera dan keperluan pandai besi.
Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 27:17, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (barzel bebarzel, yakhad weish yakhad peney re’ehu). Kesadaran manusia akan tumbuh, ketrampilan seseorang akan berkembang, kedewasaan menjalani kehidupan bertambah melalui interaksi sosial dan konflik dengan sesamanya.
Jika kita keliru, relakanlah untuk ditegur agar kita semakin baik. Jika kita dikoreksi dan dikritik, lapangkan hati dan pikiran agar kita semakin tajam dalam berkarya.

No comments:

Post a Comment