Dalam salah
satu tayangan televisi yaitu Lifetime
ditayangkan sebuah program hiburan berjudul Forged
in Fire. Acara ini berisikan 3 sesi pertandingan dari tiga peserta. Semua
yang bertanding adalah para pandai besi terlatih baik muda maupun tua. Sesi
pertama membuat senjata tajam dari bahan baja bekas mobil dsj yang diinginkan
juri yang terdiri dari sejumlah ahli di bidangnya, baik ahli senjata maupun
ahli beladiri dengan senjata.
Pada sesi pertama akan diuji perfomance senjata yang dihasilkan baik bentuk dan ketajaman. Pada
sesi kedua dilanjutkan dengan penyempurnaan senjata yang telah dibuat dengan
memberikan gagang terbaik lalu diuji dalam ujian fisik berupa menusuk dan
menyayat atau memenggal obyek.
Di sesi kedua ini selalu ada yang gugur dan
dipulangkan karena gagal memenuhi standar uji para juri. Mereka yang berhasil
memasuki sesi tiga akan diberi tugas selama 7 hari untuk membuat senjata kuno
dari berbagai bangsa-bangsa dan setelah itu diuji oleh para juri dari aspek
ketajaman, kemampuan menebas, menusuk, menyayat, memenggal.
Tidak jarang ada
senjata yang patah saat disabetkan pada obyek dikarenakan ketidaksempurnaan
dalam proses pembentukkan. Yang menarik dari kompetisi ini adalah saat proses
penempaan bahan baku hingga terbentuknya senjata baik kapak, pisau, pedang dll.
Diperlihatkan bagaimana mulai dari proses pembakaran dalam suhu tinggi,
penempaan berulang-ulang hingga proses akhir yang membuat masing-masing senjata
tersebut terlihat indah namun juga berfungsi dan bersifat mematikan tentunya.
Batangan besi-besi yang dibentuk entah menjadi sebatang pisau ataupun pedang
yang indah dihasilkan dari pukulan dan panas api ratusan derajat celcius. Tidak
akan ada senjata indah dan mematikkan dihasilkan dari pukulan besi terhadap
besi tanpa besi tersebut dipanaskan dalam api karena dalam posisi besi yang
panas maka dapat dengan mudah dibentuk sesuai selera dan keperluan pandai besi.
Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 27:17, “Besi
menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (barzel bebarzel, yakhad weish yakhad peney re’ehu). Kesadaran
manusia akan tumbuh, ketrampilan seseorang akan berkembang, kedewasaan
menjalani kehidupan bertambah melalui interaksi sosial dan konflik dengan
sesamanya.
Jika kita keliru, relakanlah untuk ditegur agar kita semakin baik. Jika
kita dikoreksi dan dikritik, lapangkan hati dan pikiran agar kita semakin tajam
dalam berkarya.
No comments:
Post a Comment