Friday, January 20, 2017

GARAM PENAWAR AIR MAUT


Narasi 2 Raja-raja 2:19-22 bisa dikatakan karir permulaan Elisha paska diambilnya Elia ke Sorga dengan kereta berapi diiringi angin badai. Perbuatan ajaib yang dilakukan Elisha setelah menerima “dua bagian roh” (shenayim ruakh, Ibr) yang dimiliki Elia adalah menawarkan air yang menyebabkan kematian dan keguguran bayi (mawet umeshakalet, Ibr) melalui garam (melakh, Ibr) yang dilempar ke dalam air dengan diucapkan sabda Tuhan, “Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman Yahweh: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi” (2 Raj 2:21). 

Apa yang terjadi setelah garam yang dilemparkan ke air tersebut? “Demikianlah air itu menjadi sehat (wayerafe hamayim, Ibr) sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa” (2 Raj 2:22). Dalam renungan 2 Raja-raja 2:1-18 saya menutup dengan pernyataan, “Jangan membatasi apa yang bisa Tuhan lakukan di masa lalu untuk dilakukan-Nya di masa kini”

Apa yang saya saksikan berikut ini adalah apa yang sudah saya kerjakan bertahun-tahun sebelum saya menemukan ayat ini untuk saya jadikan bahan renungan. Setiap hujan deras tiba dan disertai angin yang bisa membahayakan rumah atau lingkungan saya, biasanya saya mengambil segenggam garam dan mengucapkan kata-kata iman lalu melemparkan garam ke udara di tengah hujan dan angin tanpa satu orangpun melihatnya. Alhasil, dalam tempo 15 menit dari hasil pengalaman berulang yang saya lakukan, hujan dan angin beralih atau malah berhenti. 

Percaya atau tidak, saya tidak memaksa siapapun untuk mempercayainya. Warisan berfikir Barat dan juga kekristenan Barat yang kolonialistik sekaligus rasionalistik kerap mengotakkan penggunaan media alam (air, garam, daun, kayu, dll) dengan istilah sinkretisme iman dan budaya tanpa mereka memahami proses ketika seseorang dari kebudayaan yang berbeda (Barat dan Timur) sedang menerjemahkan sabda Tuhan dalam konteks kebudayaan setempat yang relevan. 

Ini pernah terjadi pada diri tokoh pekabar Injil Jawa Abad XIX bernama Kiai Sadrach Suropranoto yang dituding sesat dan sinkretis oleh Zending Belanda tanpa melihat proses pertobatan Sadrach yang dramatis dan karya pelayanannya yang berhasil membawa ribuan orang Jawa mengenal Juruslamat baik melalui perdebatan di pesantren-pesantren maupun perbuatan ajaib yang memikat orang mengikut Sang Juruslamat.

No comments:

Post a Comment