Monday, January 23, 2017

FILOSOFI PION BIDAK CATUR


Hampir semua orang mengenal permainan catur sekalipun tidak semua orang mampu bermain catur. Unsur permainan dalam catur terdiri dari  raja/ratu, gajah, kuda, benteng, dan pion. Konon, permainan catur bermula dari India, sehingga jenis-jenis bidak yang ada dalam permainan ini sesungguhnya mencerminkan jenis-jenis prajurit di militer kerajaan India abad pertengahan, seperti pasukan infantri, ksatria berkuda, pengendara gajah, dan lain sebagainya. 


Ketika catur sampai ke Eropa pun, permainan ini diakui sebagai sarana untuk belajar strategi militer tanpa harus benar-benar melakukan perang, serta menjadi mainan populer bagi raja dan bangsawan. Orang cenderung menyukai bidak kuda dengan berbagai filosofinya namun ada bidak yang paling kecil dan kerap diremehkan yaitu pion ternyata mengandung sejumlah filosofi yang menarik untuk ditelaah yaitu perihal kerjasama, gotong royong, pengorbanan, keberanian.

Para pecatur internasional biasanya membuat formasi piramida ataupun zig-zag dengan menggunakan pionnya. Dengan membentuk formasi piramida, atau zig-zag, atau membentang diagonal seperti tangga, jika musuh membunuh sebuah pion, maka di belakang pion tersebut ada pion lagi yang siap membalaskan dendam temannnya. Inilah filosofi kerjasama dan gotong royong.


Raja sebagai bidak penentu kemenangan dan kekalahan perang pun, dilindungi secara langsung oleh pagar betis pion. Sementara bidak lain butuh waktu untuk mengatur serangan, pion sudah bisa lebih dulu maju ke garis depan pertempuran. Pion hanya mengerti mau dan mengorbankan diri serta tidak pernah mengenal kata mundur. Inilah filosofi keberanian.

Seorang Grandmaster handal tahu tidak hanya bagaimana cara mengalahkan bidak musuh, tapi juga mengorbankan bidaknya sendiri demi mengalahkan bidak musuh yang lebih kuat. Bayangkan saja, suatu hari seorang (atau sebuah) pion kecil nekat dimajukan ke daerah musuh. Gugurlah sang pion dibantai ratu. Tapi ternyata itu jebakan! Karena tepat di belakang pion tersebut, ada temannya, si kuda yang menerjang ratu musuh demi membalaskan dendam temannya. Pengorbanan pion tidak akan sia-sia, berkat dia, ratu musuh bisa dikalahkan. Inilah filosofi pengorbanan.



Yang paling heroik, pion memang sering diremehkan karena menjadi bidak paling lemah. Tapi dialah satu-satunya bidak yang jika berhasil mencapai ujung papan, bisa berubah menjadi apapun. kita tahu bahwa pion bisa berubah menjadi bidak apapun jika mencapai ujung papan, alias garis paling awal dari kubu musuh. Mutlak hanya pion yang bisa melakukan ini. 

Filosofi pion bidak catur menghantarkan kita pada sebuah pemahaman religius bahwa tidak ada satupun diantara kita yang telah diciptakan Tuhan dan ditebus dari kutuk dosa yaitu maut dan masuk menjadi Jemaat Mesias tidak memiliki nilai dan harga. Ibarat satu tubuh banyak anggota, maka setiap anggota menjalan fungsi dan perannya masing-masing. Tidak ada satupun yang berfungsi tanpa peran yang lain (1 Kor 12:25-26). Jika Anda merasa seperti pion, Anda bukan tidak berharga. Anda memiliki nilai dan berkontribusi yang menopang keberadaan yang lain. Bahkan Anda bisa mengubah status Anda dari pion menjadi raja jika Anda berhasil mencapai "ujung papan" atau meraih tahapan keberhasilan dalam kehidupan. Doa dan Kerja menjadi sarana agar mencapai "ujung papan" dengan keberhasilan.








1 comment: