Para
pendeta yang melayani di gereja-gereja Injili akui hadapi kesulitan
keuangan. Banyak diantaranya enggan
membuka diri tentang perjuangan mereka bergumul hadapi masalah keuangan. National Association of Evangelicals
baru-baru ini merilis sebuah survei yang mengejutkan. Betapa tidak, dari 4.249 pendeta di Amerika
yang diwawancarai ditemukan bahwa sebagian besar dari mereka menghadapi masalah
keuangan yang serius.
Hidup mereka
setiap harinya bergelut dengan hutang, berjuang keras menutupi hutang dan
kehidupan sehari-hari. Tak ayal, tidak ada dana cukup yang bisa disimpan untuk
tabungan jangka panjang mereka. 80 % pendeta yang disurvey mengatakan mereka
melayani di jemaat yang memiliki kurang dari 200 anggota, sementara 55 persen
memiliki kurang dari 100 anggota di gereja mereka. 50 persen dari pendeta yang disurvey
mengatakan dibayar kurang dari $ 50.000 per tahun.
Separuh lebih dari para
Pendeta itu (60 %) mengaku tidak akan mendapatkan dana pensiun atau tunjangan
kesehatan dari gereja-gereja di masa tua mereka kelak. 92% dari pendeta mengatakan kekhawatiran
keuangan terbesar mereka adalah tabungan pensiun mereka, sementara 84 % takut
mereka tidak memiliki dana darurat di tabungan. 60% dari pendeta mengatakan
mereka khawatir tentang tagihan medis atau asuransi, sementara 54% khawatir
dengan tabungan kuliah anak-anak mereka yang juga perlu perhatian dan perjuangan
keras mewujudkannya (reformata.com).
Kondisi ini berbeda jauh dengan kehidupan
mewah para pendeta dan penginjil modern penganjur Injil Kemakmuran yang hidup
dari menjual jasa kesembuhan dan mukjizat serta berbegai fenomena supranatural
yang mereka demonstrasikan atas nama karunia-karunia Roh Kudus yang
dianugrahkan pada mereka. Sebut saja seorang pendeta yang mengaku nabi bernama
Bushiri yang menjual “darah Yeshua” seharga 2000 $ untuk 750 ml botol
(owenslounge.com).
Ada lagi seorang pendeta bernama Crefto Dollar yang
menginginkan jemaatnya membelikan dirinya jet pribadi seharga 60 juta $.
Kemiskinan, entah di kalangan jemaat maupun rohaniawan jangan tergesa disebut
pertanda kutuk melainkan bisa jadi ada kekeliruan sistem dalam gereja yang
tidak mengedepankan keadilan sosial dalam organisasinya.
Bisa jadi jemaat
Kristiani menjadi korban sebuah sistem yang menyebabkan kehidupannya menjadi
miskin. Marilah kita berupaya hidup wajar tanpa terjebak pada ketamakan maupun
jerat kemiskinan sebagaimana doa Salomo, "Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa YHWH itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Tuhan-ku" (Ams 30:7-9)
No comments:
Post a Comment