Thursday, May 18, 2017

DOA YANG MENUNTUT DAN MATERIALISTIK



Kapitalisme sebagai sistem ekonomi sudah menjadi keniscayaan sejarah yang meresapi sendir-sendi kehidupan ekonomi masyarakat dunia. Bahkan negara yang mengklaim ideologi dan sistem ekonominya berbasis Komunisme saat inipun telah memeluk Kapitalisme dalam kegiatan produksi dan perekonomiannya. 


Salah satu dampak kapitalisme adalah sikap hidup konsumer dan materialistik dan mengukur keberhasilan ekonomi sebagai prestasi. Tidak mengherankan dibalik menjamurnya gereja-gereja yang mengajarkan Injil Kemakmuran dan Teologi Sukses di Amerika yang juga mengimbas ke Asia merupakan bagian dari gejala Kapitalisme yang telah menjadi norma modern dalam kehidupan ekonomi. 

Kapitalisme global bukan hanya mempengaruhi pengajaran dalam gereja namun juga doa-doa yang dinaikkan. Doa yang dinaikkan lebih ditujukkan dan ditekankan pada perolehan finansial, kesuksesan-kesuksesan material, menuntut perubahan ekonomi melalui doa-doa yang diatasnamakan iman. 

Doa meminta berkat finansial bukanlah sesuatu yang keliru sebagaimana Yesus mengajarkan, “Berikanlah pada hari ini roti (makanan) bagi kami” (Mat 6:11) namun bukan berarti doa hanya berfokus pada meminta dan meminta pemenuhan kebutuhan yang bersifat material ataupun kesuksesan material melainkan sebuah percakapan intim dengan Tuhan agar terjadi sebuah transformasi kehidupan dan perilaku sebagaimana dikatakan oleh Brad Young dalam bukunya, Meet the Rabbis: Rabbinic Thought and the Teaching of Jesus, “Di dunia modern, tinimbang memfokuskan pada kebutuhan pribadi, perhatian lebih dalam doa selayaknya ditujukkan untuk menyingkirkan kebingungan, merenungkan Kitab Suci, konsentrasi satu fokus dan mengarahkan hati pada surga, mendengar keheningan hadirat Tuhan dan mendengar dari Tuhan. Dengan kata lain doa seharusnya merupakan peningkatan energi hidup menuju tujuan keilahian yang lebih luhur melalui pencarian makna perjalanan rohani dalam melayani panggilan Tuhan” (2007:14). 

Doa bisa keliru dan doa yang keliru (kakos aitesthe, Yun) adalah doa yang hanya lahir dari hawa nafsu (hedone, Yun). Marilah kita berdoa bukan untuk memuaskan hawa nafsu berupa ketamakkan mendapatkan segala sesuatu yang memuaskan keinginan kita melainkan menjadi sarana untuk membangun komunikasi dan intimasi serta mendengar suara dan hikmat Tuhan yang mengubah kesadaran dan perilaku kita agar menjadi lebih baik.

No comments:

Post a Comment