Monday, May 22, 2017

METAMORFOSIS KEHIDUPAN


Suatu ketika saya dan istri menyempatkan diri berjalan-jalan ke Taman Kupu-Kupu di utara kota kami dengan udara yang cukup dingin karena melewati bebukitan. Sekalipun koleksi dan tempat kupu-kupu tidak begitu bagus dan banyak namun saat memasuki salah satu ruangan museum dimana terpampang ratusan jenis kupu-kupu yang diawetkan, ada yang menarik perhatian saya yaitu saat melihat foto tahapan kupu-kupu. 

Kupu-kupu melewati proses metamorfosis atau daur hidup/siklus yang terdiri dari empat tahap. Tahapan tersebut terjadi secara berurutan, dimulai dari telur, larva, kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu betina akan meletakkan telur-telurnya pada daun tumbuhan. 

Setelah berumur 4-5 hari, setiap telur akan menetas dan berkembang menjadi larva atau ulat. Larva keluar dari telur yang disimpan oleh kupu-kupu. Larva bertahan hidup dengan cara memakan daun tumbuhan tersebut. Larva berkembang dan berganti kulit beberapa kali. Setelah larva puas makan daun, ulat akan beristirahat selama 10 hari.   

Seiring waktu, larva berubah menjadi pupa atau kepompong atau tahap akhir dalam proses metamorfosis. Pada tahap ini tubuh kepompong sudah memiliki sayap, kaki, dan kepala. Apabila perubahan yang terjadi telah sempurna maka kupu-kupu akan keluar dari kepompong. 

Kehidupan manusia pun seharusnya merupakan gambaran dari sebuah metamorfosis. Jika telur melambangkan ketergantungan dan ketidakberdayaan manusia saat lahir, maka fase ulat (larva) ini merupakan pencerminan dari sikap hedonik yang bertujuan hanya menyenangkan diri sendiri tanpa mengindahkan kepentingan pihak lain. Kemudian fase kepompong merupakan fase kita mengalami  kontemplasi atau permenungan terhadap realitas hidup dengan mencoba menjaga jarak dengan kesenangan. 

Fase terakhir menjadi kupu-kupu yang memiliki sayap yang indah melambangkan harmonisasi dengan alam sehingga tercipta keindahan. Juga melambangkan penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pihak lain yang diajak bekerja sama karena menyesuaikan dengan warna-warni bunga. 

Manusia seharusnya mengalami metamorfosis kehidupan. Jangan hanya menjadi ulat dan kepompong saja melainkan sampai pada fase yang membawa manfaat bagi keluarga dan sesama serta bagi Kerajaan Tuhan sebagaimana dikatakan, “...berubahlah oleh pembaharuan budimu” (metamorphousthe te anakainoosei, Yun – Rm 12:2).

No comments:

Post a Comment