Sunday, October 13, 2019

PONDOK DAUN (SUKOT) DAN PERAYAAN PENGHARAPAN TERHADAP LANGIT BARU DAN BUMI YANG BARU


Makna Istilah Sukkot

Istilah Ibrani Sukkot merupakan bentuk jamak dari kata Sukkah. Kata Ibrani Sukkah bermakna “pondok dari kayu” atau “kemah dari kayu dan dan daun serta ranting pohon sebagai atapnya”
Makna Perayaan Sukkot

Istilah Sukot berhubungan dengan sebuah hari raya yang ditetapkan oleh Tuhan YHWH agar diperingati oleh bangsa Israel sebagai perayaan puncak dari ketujuh hari raya yaitu Pesakh, ha Matsah (roti tidak beragi), Bikurim (buah sulung) atau Sfirat ha Omer (penghitungan omer), Shavuot (pentakosta), Rosh ha Shanah (tahun baru Ibrani), Yom Kippur (pendamaian) dan terakhir Sukkot (pondok daun).

Ketujuh hari raya tersebut jatuh pada musim semi dan musim gugur. Perayaan yang jatuh pada musim semi adalah, Pesakh, ha Matsah, Bikurim, Sfirat ha Omer, Shavuot. Sementara perayaan yang jatuh pada musim gugur adalah Rosh ha Shanah/Yom Truah, Yom Kippur, Sukkot.

Ketujuh hari raya tersebut merupakan sebuah peringatan terhadap tindakkan Tuhan YHWH terhadap umatnya, mulai dari pembebasan dari tanah perbudakan yaitu Mesir dengan meluputkan dari tulah maut (Pesakh) dan perjalanan menuju Laut Teberau yang terbelah (ha Matsah) serta peghitungan bulir gandum (omer) selama lima puluh hari (Bikurim/Sfirat ha Omer) sampai jatuhnya hari kelimapuluh yang dirayakan sebagai turunnya Torah di Sinai (Shavuot). Demikian pula penanda pergantian tahun baru (Rosh ha Shanah) yang ditandai peniupan shofar dan perayaan pengakuan dosa tahunan (Yom Kippur).

Sukot atau Pondok Daun adalah sebuah peringatan dan perayaan penyertaan Tuhan YHWH selama mereka telah dibawa keluar dari tanah Mesir dan berada di padang gurun selama 40 tahun lamanya. Bangsa Israel pernah melintasi padang gurun dan terhindar dari panas melalui Tiang Awan dan terhindar dari kegelapan melalui Tiang Api. Bangsa Israel pernah berada di padang gurun dan membangun kemah-kemah sebagai tempat kediaman.

Itulah sebabnya Tuhan menetapkan sebuah perintah perayaan sbb: “Akan tetapi pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus mengadakan perayaan bagi YHWH tujuh hari lamanya (khag YHWH shiv’at yamim); pada hari yang pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan harus ada perhentian penuh” (Im 23:39).

Karakteristik Perayaan Sukkot

Apa yang menjadi ciri dan karakteristik Perayaan Sukot (Pondok Daun)? Imamat 23:40 menjelaskan sbb:

“Pada hari yang pertama kamu harus mengambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan YHWH Tuhanmu, tujuh hari lamanya”.

Demikian pula dalam Imamat 23:42-43 sbb:

“Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya (be sukkot teshuv shiv’at yamim), setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun, supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menuntun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah YHWH Tuhanmu”.

Dari teks di atas, karakteristik Sukkot adalah adanya buah-buahan (pri et khadar), pelepah pohon korma (kafot temarim), ranting pohon rimbun dan dari pohon gandarusa (anaf ets avot we arbey nakhal). Dan yang tidak kurang penting adalah, kesukacitaan selama tujuh hari lamanya (shemakhtem lifney YHWH Elohekem, shiv’at yamim).

Penganut agama Yahudi (Yudaisme) khususnya Orthodox Yudaisme yang belum menerima Yesus (Yahshua/Yeshua) sebagai Mesias merayakan dengan menghias rumah mereka atau pelataran rumah mereka dengan rumah kayu yang diberi atap ranting kering dan dihias dengan buah-buahan dan ornamen lainnya.




Mereka akan beribadah dan menyanyi serta membaca teks Kitab Suci atau buku doa (siddur) di dalam pondok-pondok kayu selama tujuh hari lamanya dan menggerakkan 4 jenis benda yaitu:

Etrog: Buah jeruk kecil yang rasanya dan berbau manis dan melambangkan mereka yang tahu kebenaran dan melakukannya.

Lulav: Ranting pohon palem yang berbuah manis tetapi tidak mengandung aroma harum dan melambangkan mereka yang mengetahui kebenaran dan tidak melakukannya.

Khadash/Khadashim: Tiga ranting murad yang berbau indah tetapi tidak memiliki rasa dan melambangkan mereka yang melakukan perbuatan baik tanpa mengetahui kebenaran.

Aravah/Aravot: dua cabang willow muda yang tidak memiliki rasa dan tidak berbau dan melambangkan mereka yang tidak memiliki kebenaran atau perbuatan baik dalam hidup mereka.


Sekalipun perintah perayaan Sukot selama tujuh hari (Im 23:34, Ul 16:13) namun ada satu hari ditambahkan yaitu hari ke-8 (Im 23:36, Bil 29:35) dengan diberi nama Shemini Atseret atau Simkhat Torah (Sukacita Torah) dikarenakan waktu penghabisan pembacaan Khumash atau Pentateukh selama 1 tahun

Relevansi Bagi Umat Kristiani

Adakah perayaan Sukot memiliki relevansi bagi umat Kristiani untuk dirayakan? Tentu saja. Jika dua dari tujuh hari raya dalam Imamat 23 dirayakan oleh umat Kristen yaitu Paskah (Pesakh) dan Pentakosta (Shavuot) dan menghubungkannya dengan karya Mesianis Yesus, mengapa lima perayaan lainnya tidak dirayakan?

Jika seksama membaca Kitab Suci maka ketujuh hari raya (sheva moedim) bukan hanya merupakan peringatan terhadap tindakkan yang dilakukan Tuhan YHWH terhadap bangsa Israel mulai dari pembebasan dari tanah perbudakan di Mesir dan penyertaan di padang gurun serta kelimpahan sumber daya alam Tanah Perjanjian. Tujuh Hari Raya (sheva moedim) merujuk pada karya Mesianis yaitu apa yang dialami oleh Yesus Sang Mesias.

Itulah sebabnya saat menjelang Pesakh dan Yesus melakukan jamuan Seder Pesakh di malam tanggal 14 Nisan, beliau memberikan makna baru terhadap roti tidak beragi (matsah) sebagai lambang dari tubuh yang akan dipecah-pecah dan anggur melambangkan darah yang akan ditumpahkan bagi penghapusan dosa (Luk 22:17-19). Itulah sebabnya Rasul Yohanes menghubungkan pengorbanan Yesus dengan Yom Kippur dengan mengatakan, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2). Itulah sebabnya Rasul Paul menghubungkan Buah Sulung dengan kebangkitab Yesus sebagai “Yang Sulung yang bangkit dari orang mati” (Kol 1:18). Rasul Paul Sebab menghubungkan perayaan Peniupan Sangkakala dengan kedatangan Yesus dengan menuliskan, “Pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan  berbunyi, maka Tuan (Yesus) sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit...” (1 Tes 4:16).

Apa arti semua paralelisasi Tujuh Hari Raya dengan Yesus tersebut? Bahwasanya dalam perayaan-perayaan tersebut tergambar peristiwa Mesianis yang telah dan akan dilakukan oleh Yesus sang Mesias, Anak Tuhan dan Juruslamat Dunia.

Itulah sebabnya Rasul Paul mengingatkan jemaat Kolose bahwa makna Hari Raya adalah “bayangan Mesias yang akan datang” sebagaimana dikatakan, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu  mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya,  bulan baru  ataupun hari Sabat  semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang,  sedang wujudnya ialah Mesias” (Kol 1:16-17).


Umat Kristiani dapat merayakan Tujuh Hari Raya termasuk Sukkot tanpa keterikatan terhadap aspek teknis dari tradisi Yahudi dan Yudaisme dalam perayaannya. Selama dan sepanjang tradisi perayaan tidak bertentangan dengan ajaran Yesus Sang Mesias, kita dapat mengadaptasi dan memasukannya dalam rangkaian ibadah sebagai bentuk kekayaan iman.


Bagaimana dengan Sukot (Pondok Daun)? Menarik jika kita membaca teks Yohanes 1:14 yang berbunyi, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia   dan kebenaran”. Frasa, “diam di antara kita” dalam teks Yunani berbunyi, “eskenosen en hemin” (Westcott and Hort Greek New Testament) dan dalam terjemahan bahasa Ibrani dari naskah Yunani berbunyi, “weshakan betokenu” (Hebrew Bible: TaNaKh and Brit Chadasha with Nikud).

Kata Yunani skeno dan kata Ibrani shakan jika diterjemahkan artinya adalah kemah atau pondok dari kayu. Frasa Ibrani, “Be sukkot teshuv shiv’at yamim” (Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, Im 23:42) dalam terjemahan Septuaginta berbahasa Yunani sbb, “En skenais katoikesete hepta hemeras”. Dengan demikian, kata Yunani skeno dan kata Ibrani sukah, shakan bermakna “pondok kayu” atau “kemah dari ranting pohon”.

Dari analisis teks di atas, maka Yohanes 1:14 dapat diterjemahkan sbb, ““Firman itu telah menjadi manusia dan berkemah/berpondok daun di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya...” Mungkinkah Rasul Yohanes sedang menyampaikan pesan tersembunyi bahwa kelahiran Yesus yaitu Sang Firman yang menjadi manusia terjadi saat orang-orang Yahudi pada saat itu merayakan Pondok Daun?Terlalu panjang dan teknis untuk menuangkannya dalam artikel ini perihal probabilitas dan posibiltas tafsiran dan dugaan tersebut.

Jika memang terbukti bahwa Yohanes sedang menyampaikan pesan tersembunyi bahwa Sang Firman yang menjadi manusia itu turun ke dunia saat terjadi Hari Raya Sukkot, maka bagi umat Kristiani (khususnya Mazhab Yudeo Kristen) Perayaan Sukkot (Pondok Daun) sekaligus sebagai perayaan kelahiran Sang Juruslamat. Kita bisa menambahkan dan menyisipkan nyanyian pujian kelahiran Sang Juruslamat yang biasa dilantunkan pada perayaan Natal 25 Desember yang telah menjadi perayaan universal ke dalam perayaan Sukkot.

Adakah relevansi lainnya dari Sukkot bagi umat Kristiani? Menarik jika kita membaca teks Wahyu 21:3 sbb, “Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Tuhan mereka” . Frasa, “Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia” dalam teks Yunani berbunyi, “Idou he skene tou Theou meta toon antrophon” (Westcott and Hort Greek New Testament) dan dalam terjemahan bahasa Ibrani dari naskah Yunani berbunyi, “Hine mishkan ha Elohim mibene Adam” (Hebrew Bible: TaNaKh and Brit Chadasha with Nikud).

Suatu saat dunia yang fana akan lenyap, langit dan bumi sirna berganti dengan dunia baru yang tidak bisa binasa yaitu “Langit Baru dan Bumi Baru” alias Kerajaan Sorga. Kedatangan realitas baru yang menggantikan kefanaan, keterbatasan, kebinasaan disimbolisasikan dengan “Kemah Tuhan” yang tinggal di antara manusia yang telah mengalami penebusan dari kuasa dosa.

Realitas sorgawi adalah sebuah tempat di mana, “Ia akan menghapus segala air mata dari mata u  mereka dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why 21:4).
Realitas sorgawi tidak dihuni oleh orang-orang berikut, “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;   inilah kematian  yang kedua” (Why 21:8).

Marilah kita sebagai umat Nasrani/Kristiani (khususnya Mazhab Yudeo Kristen) merayakan dengan hikmat dan sukacita hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan, khususnya Hari Raya Sukot bukan hanya merujuk pada sebuah peristiwa historis teologis penyertaan Tuhan YHWH kepada umat Israel selama berada 40 tahun di padang gurun.

Sebaliknya melalui perayaan Sukkot kita mengenang kembali lahirnya Sang Juruslamat dan Mesias kita yaitu Sang Firman yang menjadi manusia dan “berkemah” di antara manusia untuk membebaskan manusia dari kutuk dosa yaitu maut.

Perayaan Sukkot mengajak kita untuk memperbarui keyakinan dan pengharapan tentang masa depan dunia dan rancangan Tuhan untuk mengaruniakan Langit Baru dan Bumi Baru yaitu realitas surgawi. Dengan pengharapan, kita dapat menjalani kehidupan dengan sukacita dan penuh kekuatan. Perayaan Sukkot memperbarui kembali kekuatan kita agar menjadi orang yang memiliki pengharapan di tengah kehidupan yang keras dan kejam bahwa suatu hari kelak Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya akan memerintah sebagai Raja sebagaimana dikatakan:

“Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Tuhan dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya, dan mereka akan melihat wajah-Nya dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka. Dan malam  tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab YHWH Tuhan akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Why 22:2-5)


Sukkot Sameakh 5780/ Selamat Merayakan Pondok Daun 2019

No comments:

Post a Comment