Sunday, November 20, 2011

JULUKAN “KURIOS” BAGI YESUS: TUAN ATAU TUHAN?

Bagian Pertama

Bagi mayoritas Kekristenan di Indonesia, sebutan “Tuhan Yesus” atau “Tuhan Yesus”, sudah sangat akrab ditelinga. Siapapun yang mengklaim diri sebagai orang Kristen, ditandai dengan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan.

Persoalannya adalah, ketika telinga orang Muslim mendengar pernyaaan tersebut, menjaadi suatu batu sandungan bagi iman Tauhid atau Keesaan Tuhan. Bagi Islam, tiada Tuhan selain Allah. (Qs 20:14) Konsekwensinya, jika Kekristenan menyatakan keimananya terhadap Yahshua sebagai Tuhan, menimbulkan gesekan teologis yang cukup tajam dengan Islam. Apalagi menurut Qur’an, Isa Al Masih adalah ciptaan Allah yang setara penciptaannya dengan Adam (Qs 3:59).

Dalam penjelasan sebelumnya telah kita pahami bahwa HAKIKAT Yesus adalah Sang Firman YHWH. Firman tidak diciptakan karena Firman yang menciptakan segala sesuatu. Karena Firman tidak diciptakan, berarti Firman juga kekal. Maka firman adalah daya cipta dan ekspresi pikiran dan kehendak YHWH sendiri. Secara ontologis, Yesus adalah Elohim (Tuhan). Sementara secara anthropologis, Dia adalah manusia, karena Dia adalah Sang Firman yang telah menjadi manusia. Seutuhnya manusia.

Sekalipun secara hakikat, Yesus adalah Firman Tuhan dan Firman Tuhan adalah Tuhan itu sendiri (Yoh 1:1), namun penyebutan “Tuhan Yahshua” atau “Tuhan Yesus”, menimbulkan sejumlah persoalan teologis. Sekali lagi, yang dipersoalkan bukan HAKIKAT-NYA melainkan PENYEBUTAN-NYA atau SAPAAN terhadap pribadi-Nya. Apakah Dia lebih tepat disapa “Tuan” atau “Tuhan” saat Dia masih berkarya di bumi dan saat setelah kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga? Pertanyaan ini bukan hendak meragukan “Ketuhanan” atau “Divinitas” Yesus, melainkan mempertanyakan sebutan yang proper bagi Yesus, apakah “Tuan” atau “Tuhan”?

Beberapa persoalan teologis yang dapat kita temukan adalah sbb: Dalam Yohanes 4:11 versi Lembaga Alkitab Indonesia dikatakan, “Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”. Bagaimana mungkin perempuan Samaria menyapa dengan sebutan “Tuhan”, karena sebutan “Tuhan”, selalu menunjuk pada Sang Pencipta? Persoalan selanjutnya ditemukan dalam 2 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan” . 


Bagaimana mungkin sebutan Tuhan yang dikhususkan bagi Sang Pencipta, dapat mengalami kematian dan menjadi mayat? “God is Dead” –ungkapan filsuf Nietzhe- mungkinkah Tuhan mati? Demikian pula dalam Lukas 24:3 dikatakan,”…dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus”. Tuhan menjadi mayat? Sungguh tidak dapat dibayangkan bahwa Kekristenan bertuhankan mayat…

Persoalan-persoalan teologis yang mengemuka ini harus disikapi dengan melakukan analisis teks bahasa, baik Ibrani maupun Aramaik serta Greek sebagai bahasa yang dipergunakan pertama kali untuk mengkomunikasikan kehidupan dan ajaran Yesus Sang Mesias. Tanpa analisis kebahasaan, akan menimbulkan sejumlah persepsi yang spekulatif dan tidak firmaniah.


Merujuk pada Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Kethuvim), yang lazim dikenal oleh Kekristenan dengan sebutan Kitab Perjanjian Lama, baik yang berbahasa Ibrani maupun Greek yang dikenal dengan sebutan Septuaginta serta berbahasa Aram yang dikenal dengan sebutan Peshitta, maupun Kitab Perjanjian Baru versi Yunani dan Aramaik serta terjemahan Ibrani modern, ada beberapa gelar atau sapaan yang harus kita ketahui, yaitu : Adon, Adonai, Elohim (Ibr) atau Maran, MarYah, Alaha (Aram) serta Kurios, Theos (Greek).

Kita akan telusuri makna istilah-istilah tersebut menurut kamus sbb: ADON. Lord, Lord, LORD, master, owner….Adon usually refers to men[1]. ELOHIM : is the assumed root of El, Eloah, and Elohim, which mean "god" or "God[2]. KURIOS : one having legal power lord, master.  THEOS[3]:  as the supreme divine being, the true, living, and personal God[4]

Dari analisis tekstual diatas, sebutan Adon atau Adonai dalam bahasa Ibrani, setara dengan sebutan Mar, Maran dalam bahasa Aram dan setara dengan sebutan Kurios dalam bahasa YunanI. Sementara sebutan Elohim dalam bahasa Ibrani, setara dengan sebutan Elah atau Alaha dalam bahasa Aram dan Theos dalam bahasa Greek. Sebutan Adon, Mar, Maran dan Kurios, dapat dikenakan kepada manusia, orang terhormat, raja, tuan tanah, orang kaya, bangsawan, dll namun juga dapat dikenakan untuk menyapa Sang Pencipta. Sementara sebutan Elohim, atau Alaha, Elah atau Theos, hanya patut ditujukan bagi yang “dipertuhan”. Dalam konteks paganisme, tentunya petung dewa-dewa dapat disebut elohim atau theos. Sementara dalam konsep monoteistik Yudaisme dan Kekristenan, sebutan Elohim atau Theos, menunjuk kepada Bapa Surgawi, yaitu YHWH.



Didasarkan pada analisis diatas, maka sebutan Kurios bagi Yesus dalam naskah Perjanjian Baru berbahasa Yunani, seharusnya diterjemahkan dengan sebutan “Tuan” atau “Junjungan Agung”.  Maka pernyataan, “Legei hautoi Kurie houte antlema ekheis kai to phrear estin bathu phosen houn ekheis to udoun to zoon” (Yoh 4:11) seharusnya diterjemahkan "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”. Demikian pula pernyataan, “Hosakis gar ean esthiete ton arton touton kai to poterion ton thanaton tou kuriou kataggelete akhris hou elthe (1 Kor 11:26) seharusnya diterjemahkan, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuan . Maka pernyataan, “Eiselthousai de oux euron to soma tou Kuriou Iesou” (Luk 24:3) pun seharusnya diterjemahkan, ““dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuan Yesus”.


[1] The Theological Wordbook of The Old Testament, R. Laird Harris, etc., Moody Press Chicago, Illinois, 1980

[2] Ibid.,

[3] Analytycal Greek New Testament, Timothy & Barbara Friberg, 1994)

[4] Ibid.,

1 comment: