Thursday, September 15, 2011

APAKAH DUNIA ORANG MATI DAN NERAKA ITU NYATA?



Saksi Yehuwa meyakini bahwa kematian hanya tidur belaka tanpa sebuah kesadaran dan neraka hanyalah sebuah istilah simbolis bagi tempat pembakaran di lembah Gehinom (Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan? Hal 59 Hal 72-74). Benarkah pandangan tersebut?


Memang benar bahwa manusia yang mengalami kematian “tidak memiliki kekuatan” (lo yekhelash), “tidak bangkit dari kematian” (lo yaqum), “tidak terjaga” (lo yaqishu), “tidak bangun dari tidurnya” (lo ye’oru) (Ayb 14:10-12, 14). Namun menafsirkan kata Ibrani Sheol dan kata Yunani Hades dengan “kuburan” adalah kesalahan yang fatal. Kuburan tidak identik dengan dunia orang mati. 


Secara kebahasaan, kata kuburan dipergunakan kata Ibrani קבר (Qavar) dan diterjemahkan dalam naskah Septuaginta dengan ταφὴν (taphen) sebagaimana muncul dalam beberapa ayat sbb:


Dan dikuburkan-Nyalah (wayiqbor)dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini” (Ul 34:6)
 

Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (qevuratah); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang” (Kej 35:20)


Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuan YHWH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu (qivroteykem) dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel” (Yekhz 37:12)


Jika kita berbicara “dunia” tentu saja kita memiliki pemahaman akan adanya suatu aktifitas. Jika kita mendengar istilah “dunia kerja” maka itu bermakna suatu aktifitas lika lika dalam pekerjaan. Jika kita mendengar istilah “dunia keilmuan” maka itu bermakna suatu seluk beluk dalam keilmuan. Maka ketika kita mendengar istilah “dunia orang mati” (Ibr: Sheol/Yun: Hades) maka kita tentu saja memaknai suatu kehidupan di alam yang berbeda dengan kita. Kitab Suci memang tidak memberikan informasi aktifitas apa saja yang ada dalam dunia orang mati. Namun kisah pengemis dan orang kaya yang disampaikan oleh Yesus untuk memberikan gambaran mengenai kebangkitan orang mati dalam Lukas 16:19-31 mematahkan khayalan Saksi Yehuwa yang menyangkal adanya kehidupan dalam dunia orang mati. Kita perhatikan kisah tersebut sbb:


"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Secara literal kata Ibrani Gehinom atau kata Yunani Gehenna menunjuk pada suatu lokasi pembuangan sampah dimana ada api yang membakar sampah-sampah tersebut di Yerusalem Timur. Namun kata Gehinom atau Gehenna bukan bermakna simbolik melainkan suatu tempat dan keadaan yang akan dialami secara nyata bagi mereka yang menberontak dan menyangkal Tuhan dan Firman-Nya sebagaimana dikatakan: “


Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (την λιμνην του πυρος την καιομενης καιομενην εν τω θειω :ten limenen tou puros ten kaiomenes kaiomenen en tooi theiooi, Why 19:20)
 

dan Satan, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang (την λιμνην του πυρος και θειου οπου :ten limenen tou puros kai theiou opou), yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” (Why 20:10)


Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (τη λιμνη τη καιομενη πυρι και θειω: ten limene te kaiomene puri kai theiooi) inilah kematian yang kedua." (Why 21:8)

2 comments:

  1. https://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/1200002698

    ReplyDelete
  2. Tidak ada pernyataan dalam Alkitab ataupun alasan untuk menghubungkan tokoh sejarah Lazarus dengan si pengemis dalam perumpamaan Yesus tentang orang kaya dan Lazarus.

    2. Nama yang diberikan kepada pengemis dalam perumpamaan Yesus yang umumnya dikenal sebagai parabel orang kaya dan Lazarus. (Luk 16:19-31) Dalam Vulgata, kata ”kaya” diterjemahkan menjadi kata sifat bahasa Latin dives, yang sering kali secara keliru digunakan sebagai nama diri orang kaya itu. Akan tetapi, nama Yahudi Lazarus itu sendiri adalah nama yang umum pada zaman dahulu, suatu fakta yang diteguhkan oleh inskripsi-inskripsi pada ossuary (wadah untuk menyimpan tulang-tulang orang mati).

    Dalam parabel itu, Lazarus, si pengemis yang penuh dengan borok, dibaringkan di gerbang orang kaya, dan ingin dikenyangkan dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu, yang berlimpah dengan makanan. Setelah itu, Lazarus mati dan dibawa oleh malaikat-malaikat ke posisi dada Abraham (suatu tempat yang dapat disamakan dengan posisi yang diambil seseorang pada zaman dahulu sewaktu duduk berbaring di depan orang lain di pembaringan yang sama pada suatu jamuan makan). Abraham bercakap-cakap dengan orang kaya itu, yang juga mati, dikuburkan, dan berada di Hades dalam keadaan tersiksa. ”Sebuah jurang besar” yang tak terseberangi memisahkan orang kaya itu dari Abraham dan Lazarus. Orang kaya itu memohon agar Abraham mengutus Lazarus kepada kelima saudara laki-lakinya untuk ”memberikan kesaksian yang saksama kepada mereka”, dengan harapan agar mereka tidak mengalami hal yang sama. Namun, permohonannya ditolak dengan alasan saudara-saudaranya ini sudah memiliki ”Kitab-Kitab Musa dan Kitab Para Nabi”, dan jika mereka tidak mau mendengarkan Musa dan para nabi itu, ”mereka pun tidak akan diyakinkan jika seseorang bangkit dari antara orang mati”.—Lihat PERUMPAMAAN.

    Apakah perumpamaan Yesus tentang orang kaya dan Lazarus didasarkan atas kepercayaan para rabi mengenai orang mati?

    Kadang-kadang, para guru dan mahasiswa ilmu perbandingan agama berpendapat bahwa perumpamaan Yesus Kristus ini didasarkan atas konsep dan ajaran para rabi zaman dahulu tentang alam baka. Yosefus memberikan keterangan berikut ini tentang pandangan orang Farisi yang umum pada waktu itu sehubungan dengan hal ini, ”Mereka percaya bahwa jiwa-jiwa memiliki kuasa untuk tetap hidup setelah kematian dan bahwa ada imbalan serta hukuman di alam baka bagi mereka yang telah menempuh kehidupan yang bajik atau bejat: belenggu abadi adalah nasib jiwa-jiwa yang jahat, sedangkan jalan yang mudah menuju kehidupan yang baru akan tersedia bagi jiwa-jiwa yang baik.” (Jewish Antiquities, XVIII, 14 [i, 3]) Akan tetapi, Yesus dengan tegas menolak ajaran-ajaran palsu, termasuk ajaran orang Farisi. (Mat 23) Karena itu, adalah tidak konsisten apabila ia menyusun perumpamaannya tentang orang kaya dan Lazarus berdasarkan garis besar konsep palsu para rabi tentang alam baka. Oleh sebab itu, harus disimpulkan bahwa apa yang ada dalam pikiran Yesus ialah penggenapan perumpamaan itu; dan ia menyusun perincian serta alur ceritanya selaras dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan penggenapannya dan tidak berdasarkan ajaran mana pun yang tidak sesuai dengan Alkitab.

    Konteks dan pilihan kata dalam kisah itu dengan jelas memperlihatkan bahwa itu adalah suatu parabel dan bukan catatan sejarah. Kemiskinan tidak disanjung, dan juga kekayaan tidak dikutuk. Sebaliknya, kisah itu dengan jelas menggambarkan tingkah laku, imbalan akhir, dan perubahan keadaan secara rohani, dari orang-orang yang digambarkan oleh Lazarus dan orang kaya itu. Fakta bahwa saudara-saudara lelaki orang kaya itu menolak Musa dan para nabi juga memperlihatkan bahwa perumpamaan ini memiliki arti dan tujuan yang lebih dalam daripada sekadar mengontraskan kemiskinan dan pemilikan kekayaan.

    ReplyDelete