Sunday, September 25, 2011

HA MATSAH DAN KARYA YESUS SANG MESIAS

Perayaan ini menunjuk pada nenek moyang Yisrael yang memakan roti tidak beragi selama perjalanan menuju Laut Teberau. Pelaksanaan makan roti tidak beragi selama satu minggu sebagaimana diperintah: “Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi YHWH; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi. Pada hari yang pertama kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat” (Im 23:6-8). 

Masing-masing keluarga Yahudi modern melaksanakan ha Matsah selama tujuh hari sebagai bagian dari Pesakh dengan ditandai membuang segala yang mengandung ragi dalam rumah. Ini mengandung pelajaran penting bahwa ragi adalah lambang dosa. Barney Kasdan memberikan komentar perihal makna mendalam dibalik tradisi ini sbb: “Remember the symbolism. It is just spring house cleaning; it is to remind us of our need for spiritual cleansing and repentance. Hence, every time we eat a matzah sanwidch during Pesach, we are reminded of the meaning of the holy day. Every time we long for a leavened cookie we are reminded of this great spiritual truth[1] (Ingatlah simbolisasi ini. Ini bukan hanya mengenai pembersihan rumah; ini mengingatkan kita perlunya pembersihan rohani dan pertobatan. Sebab itu, setiap kali kita memakan roti matsah (tanpa ragi) selama Pesakh, kita diingatkan perihal makna hari kudus tersebut. Setiap waktu selama kita memasak roti tidak beragi maka kita diingatkan perihal makna rohaniah yang agung tersebut).

Ragi dipergunakan untuk membusukkan makanan atau mengembangkan sebuah adonan untuk dimasak menjadi roti. Ada beberapa makna ragi dalam Kitab Perjanjian Baru. 



Ragi kerap menjadi simbol dosa karena sifatnya yang membusukkan seperti dikatakan:

Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Kor 5:8)

Selain itu, ragi menjadi simbol pengaruh yang tidak baik karena sifatnya yang dapat mengubah suatu bentuk kepada bentuk yang lain sebagaimana dikatakan:

Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan” (Gal 5:9)

Namun demikian dalam salah satu kesempatan dimana Yesus memberikan gambaran mengenai Kerajaan Sorga, Dia menggunakan perumpamaan ragi untuk menjelaskan sifat ragi yang membuat pengaruh yang cepat dan kuat sebagaimana dikatakan:

Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Tuhan?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Luk 13:20-21)

Dalam percakapan Yesus dengan muridnya perihal orang Farisi dan Saduki, beliau memaksudkan ajaran mereka sebagaimana dikatakan dalam Matius 16:11 sbb:

Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."

Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki

Saat Yesus wafat dan dikubur, maka pada saat itulah orang-orang Yahudi melaksanakan perayaan ha Matsah selama tujuh hari. Rasul Paul menjadikan perayaan ha Matsah atau Roti Tidak Beragi sebagai refleksi jemaat Kristen untuk membuang berbagai kejahatan dan kefasikan dalam hidup sebagaimana dikatakan: “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Kor 5:8).


[1] God’s Appointed Time: A Practical Guide for Undestanding and Celebrating the Biblical Holiday, Lederer Books 1993, p. 33

No comments:

Post a Comment