Sunday, September 25, 2011

YOM TRUAH DAN KARYA YESUS DANG MESIAS


Perayaan Rosh ha Shanah menunjuk pada peniupan shofar (tanduk domba yang panjang) sebagai penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga peringatan penghakiman YHWH. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang Adil.

Kita ringkasan ciri-ciri perayaan Rosh ha Shanah menurut Barney Kasdan[1] sbb: Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu “pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana Bangsa Yisrael mengambil persediaan kondisi spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan. 

Selama bulan Elul atau Tishri memiliki makna spiritual yang mendalam bagi orang Yisrael. Para rabbi menekankan bahwa dari tangal 1 Tishri sampai tgl 10 Tishri (jatuhnya Yom Kippur) merupakan hari persiapan rohani yang khusus. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama bulan Elul atau Tishri, Moshe naik ke Bukit Sinai untuk memperoleh Loh Torah yang kedua dan dia turun pada saat Yom Kippur (Pirke De Rabbi Eliezer 46).


Dalam sinagog-sinagog, shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan baptisan air (tevilah mikveh) untuk melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Dalam keluarga-keluarga tradisional Yahudi, petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah dimulai dengan pesta perayaan makan malam dengan banyak hidangan khas (customary dishes,Ing). Setiap sinagog menghentikan aktivitas pelayanan petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah namun keesokkan harinya akan dihabiskan dengan ibadah.




Liturgi, musik dan doa menekankan pengulangan tema pertobatan, kembali kepada Tuhan. Dikarenakan ini merupakan hari Shabat, maka seluruh kegiatan dan aktivitas seperti sekolah dan pekerjaan dihentikan untuk melaksanakan hari raya ini dengan benar. Pada keluarga Yahudi tradisional lainnya pada siang hari saat jatuh Rosh ha Shanah, mereka akan menghabiskan waktu untuk berada di pantai, aliran sungai untuk melaksanakan ritual kuno dengan nama Tashlik yang artinya “membuang”. Kata ini diambil dari Mikha 7:19, “Biarlah Dia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan (taslik) segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Untuk menghayati kebenaran yang indah ini, keluarga Yahudi biasanya melempar remukan roti atau membuang kerikil ke dalam air sungai dan menikmati janji Tuhan mengenai pengampunan-Nya. 

Pada hari tersebut ditandai pula dengan saling mengirim kartu ucapan selamat Tahun Baru dengan isi doa dan harapan tentang berkat Tuhan. Kebiasaan yang nampak saat itu adalah peniupan shofar. Di sinagog, shofar akan dibunyikan dalam empat suara yang berbeda yaitu Tekiah (suara yang), Shevarim (nada terputus), Teruah (peringatan), Tekiah Gedolah (keras memekakan telinga dan panjang). Penggunaan shofar dalam Kitab Suci dan sejarah Israel kuno al., memuliakan raja, peringatan peperangan. Dengan peniupan shofar dalam konteks perayaan Rosh ha Shana adalah untuk “membangunkan”, suatu panggilan untuk melaksanakan hari raya.

Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang. Banyak literatur para rabbi Yahudi menghubungkan Rosh ha Shanah dengan hari pengumpulan orang Israel dan orang-orang yang sudah mati dan Mesias akan menjadi perantara pengumpulan tersebut sebagaimana dituliskan dalam salah satu literatur Abad VIII Ms sbb: “Mesias Putra Dawid, Eli-Yah dan Zerubavel – damai atas mereka- akan turun di Bukit Zaitun. Dan Mesias akan memerintahkan Eli-Yah meniup shofar. Cahaya enam hari Penciptaan akan kembali dan terlihat, cahaya bulan akan seterang matahari, dan Tuhan akan mengirim kesembuhan sepenuhnya atas semua orang Israel yang sakit. Tiupan Eli-Yah yang kedua akan menyebabkan orang mati bangkit. Mereka akan bangkit dari dalam debu dan mengenali sesama mereka, suami dan istri mereka, ayah, anak, saudara dengan saudara. Seua akan datang kepada Mesias dari keempat pencuru bumi, dari timur dan barat, dari utara dan selatan. Anak-anak Israel akan terbang pada sayap burungrajawali menghampiri Mesias…” (Ma’ashe Daniel).

Seluruh detail dari Rosh ha Shanah menjadi lebih bermakna apabila kita hubungkan dengan pelayanan Yesus Sang Mesias dan Kitab Perjanjian Baru. Banyaknya bukti dalam Kitab Perjanjian Baru, menuntun pada kenyataan bahwa Mesias lahir pada musim semi dan  bukan pada musim dingin (Desember). Jika ini tepat maka kita dapat memperkirakan saat mana Yesus memulai pelayanannya. Sebagaimana dicatat dalam Lukas 3:23, Yesus berusia sekitar 30 tahun saat memulai pelayanannya, sehingga kita dapat meletakkan saat baptisan dan kotbah pertamanya pada musim semi tahun itu. Dengan mempertimbangkan kesamaan tema pada perayaan Rosh ha Shanah, tidakkah mengejutkan kita bahwa Yahshua dibaptis pada saat musim semi tahun itu yang jatuh pada Bulan Elul atau Tishri (Mat 3:13-17)? Mungkinkah ada kesamaan saat Yesus digoda shatan di padang gurun selama empat puluh hari empat puluh malam (Mat 4:1-11)? Dan apakah pesan pertama Mesias setelah empat puluh hari penggodaan di padang gurun? Bukankah seruan, “Bertobatlah dari segala dosamu kepada Tuhan, karena Kerajaan Tuhan sudah dekat!”

Waktu terbaik mana lagi yang tepat bagi Mesias untuk memulai pelayanannya di bumi selain saat tahun baru yang memiliki makna spiritual, yaitu Rosh ha Shanah?Bukti-bukti sejarah ini menunjukkan bahwa bulan Elul atau Tishri merupakan waktu yang sempurna bagi persiapan untuk menyampaikan pesan agung rohani yang akan datang bagi Israel yaitu: Kembali pada Tuhan karena Mesias telah datang.

Rasul Paul pun menghubungkan karakteristik Rosh ha Shanah untuk menggambarkan pengangkatan orang yang percaya kepada Mesias di awan-awan sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:16-18 sbb: “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuha) berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”.



[1] God’s Appointed Time: A Practical Guide for Undestanding and Celebrating the Biblical Holiday, Lederer Books 1993,  p. 64-67

No comments:

Post a Comment