Thursday, August 10, 2017

TOLERANSI YANG TIDAK DILANDASI PERASAAN TERINTIMIDASI


Istilah toleransi merupakan istilah yang sangat diakrabi dan kerap digaungkan di negara yang pluralistik seperti Indonesia. Masyarakat kita begitu plural baik di wilayah keagamaan, kebudayaan, etnis dan bahasa. Istilah toleransi menjadi sebuah kata yang mengandung muatan etika bersama untuk saling memahami dan membuka diri bagi kepercayaan, kebudayaan, adat istiadat serta bahasa yang berbeda sehingga tidak terjadi konflik diantara kelompok-kelompok yang berbeda. 

Toleransi sendiri berasal dari bahasa Latin, tolero, tolerare, toleravi, tolertus yang mengandung makna, “menanggung”, “menahan” (latin-dictionary.net). Dengan kata toleransi dihubungkan dengan kemampuan individu untuk menahan diri dan memberi ruang kehidupan dan kebebasan masing-masing individu lainnya untuk mengekspresikan baik kepercayaan religiusnya maupun pemikiran dan perilaku yang berbeda atas dasar perbedaan latar belakang budaya suku dan bahasa. 

Namun demikian, toleransi harus dibangun di atas dasar dan prinsip kesetaraan dan kesejajaran sebagai sesama warga negara dan bukan dilandasi oleh sikap inferioritas (merasa kecil) dan subordinasi (di bawah kendali yang lain). Bukan hanya mereka yang dikategorikan minoritas baik secara etnis dan agama yang harus memperlihatkan sikap toleransi melainkan keduanya saling bertoleransi. 

Jangan sampai toleransi yang dipraktikkan justru mengabaikkan pemahaman dan mengorbankan prinsip-prinsip iman. Ada sejumlah orang Kristiani yang begitu fasih dan paham perihal doktrin dan sejarah keagamaan orang non Kristen namun tidak faham perihal doktrin dan sejarah keagamaannya sendiri. Bukankah ini ironi? Dan ini bukan pemahaman dan perilaku toleransi yang diharapkan. 

Berkaca pada Mikha 4:5, kita mendapatkan dasar bagi pengakuan dan penghormatan terhadap mereka yang berbeda kepercayaan yang diungkapkan dengan kalimat, כי כל־העמים ילכו אישׁ בשׁם אלהיו (Ki kol ha'amin yelku ish beshem elohay - Biarpun segala bangsa berjalan masing-masing demi nama Tuhannya...) namun serentak kita tidak kehilangan identitas iman kita dan mempertegas sikap dan keyakinan kita sebagaimana diungkapkan dalam kalimat berikutnya,  ואנחנו נלך בשׁם־יהוה אלהינו לעולם ועד (wanelku nelek beshem YHWH Eloheinu le'olam wa'ed -..tetapi kita akan berjalan demi nama YHWH Tuhan kita untuk selamanya dan seterusnya). 

Kalimat senada digemakan Rasul Paul dalam 1 Korintus 8:5-6 dimana pengakuan dan penghormatan terhadap kepercayaan orang lain tidak harus mengurangi keyakinan kita yang penuh pada Tuhan yang kita percayai dan dengan leluasa kita mengekspresikannya dalam keseharian. Dikatakan pada 1 Korintus 8:5 sbb, "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "tuhan", baik di sorga, maupun di bumi--dan memang benar ada banyak "tuhan" dan banyak "tuan" yang demikian"

Pernyataan, ωσπερ εισιν θεοι πολλοι και κυριοι πολλοι (hosper eisin theoi polloi kai kurioi polloi - dan memang benar ada banyak "tuhan" dan banyak "tuan" yang demikian) tidak hanya berhenti sampai di sini melainkan dihadapmukakan dengan kalimat, αλλ ημιν εις θεος ο πατηρ εξ ου τα παντα και ημεις εις αυτον και εις κυριος ιησους χριστος δι ου τα παντα και ημεις δι αυτου (all hemin eis Theos, ho Pater, ex hou ta panta kai hemeis eis auton; kai heis Kurios Iesous Chhristos di hou ta panta kai hemeis di autou - namun bagi kita hanya ada satu Tuhan saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuan Yang Ilahi saja, yaitu Yesus Sang Mesias, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan  dan yang karena Dia kita hidup).

Marilah kita sebagai orang-orang Kristiani yang menjangkarkan keimanan kita kepada Tuhan Yang Hidup, Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Mesias, Putra-Nya Yang Tunggal yang wafat dan bangkit pada hari ketiga serta naik ke sorga dan akan datang kembali sebagai Raja dan Hakim agar menebar ajaran cinta kasih dan dapat menghargai semua orang sebagai sesama serta menghormati keyakinan orang lain.

Serentak dengan itu kita tetap menjaga identitas iman kita dalam perkataan dan tindakan kesehariaan kita. Hukum Kasih, Sepuluh Perintah Tuhan, Pengakuan Iman, Doa Bapa Kami haruslah menjadi doa-doa hafalan yang menegaskan keimanan kita dan mewarnai keseluruhan pikiran dan tindakan kita.

No comments:

Post a Comment