Thursday, December 5, 2019

APHELION


Dilansir Nytimes, Jumat (6/7/2018), pada posisi aphelion, bumi akan berada tiga juta mil lebih jauh dari matahari. Perubahan ini terjadi karena orbit planet bumi tidak melingkar secara sempurna, sehingga ada kalanya bumi menempati posisi terdekat atau terjauhnya dengan matahari. 


Umumnya aphelion terjadi pada saat Juli, sedangkan lawannya Perihelion, berada setiap Januari. Titik terjauh bumi dengan matahari menjadikan jumlah sinar matahari yang diterima oleh planet turun hingga tujuh persen dibandingkan dengan Januari. Adanya perubahan dalam orbit planet ini tidak mempengaruhi fenomena musim di bumi. 

Wikipedia menerangkan bahwa bumi berada pada jarak 147,1 juta kilometer dari matahari saat perihelion, sementara pada aphelion bumi berada sejauh 152,1 juta kilometer. Saat aphelion, oleh karena bumi berada pada jarak terjauhnya dengan matahari, maka matahari akan tampak lebih kecil. Meskipun demikian, perbedaan ini tidak akan terlalu terlihat, karena jarak bumi dengan matahari ketika aphelion berubah sekira tiga persen. Ketika suhu dingin luar biasa menjalari beberapa wilayah di Jawa, fenomena aphelion dihubung-hubungkan sebagai penyebab hawa dingin yang merasuki tulang. 

Namun para astronom dan pejabat BMKG menyangkal fenomena aphelion sebagai penyebab melainkan berkaitan dengan perubahan suhu udara khususnya angin dingin yang terbawa dari Australia. Terlepas mana yang lebih sahih menyebabkan hawa dingin di pulai Jawa akhir-akhir ini, fenomena aphelion mengajarkan sebuah kebenaran spiritual bahwa saat kita menjauh dari Tuhan, kita melihat peranan Tuhan menjadi begitu kecil sebagaimana jumlah sinar matahari yang menjangkau bumi akibat bumi pada posisi aphelion. Sebagaimana penggalan syair lagu Bimbo tentang relasi manusia dengan Tuhannya, “Aku jauh engkau jauh. Aku dekat Engkau dekat”. 

Jika kita ingin mendapatkan kekuatan, ketenangan, perlindungan maka dekatlah pada-Nya yaitu YHWH, Tuhan Alam Semesta di dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya sebagaimana disabdakan pemazmur, “Hanya dekat Tuhan saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah” (Mzm 62:2-3). 

Demikian Yesus bersabda, “...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Ibarat tanaman yang di sirami air atau tumbuhan yang ditanam di tepian aliran sungai tetap hijau dan tumbuh segar, demikianlah kita selayaknya dekat dengan sumber kehidupan dan dialiri terus oleh kasih dan kuasa Tuhan YHWH Bapa Surgawi dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya.

Apapun yang terjadi pada kehidupan kita saat ini - entah suka ataupun duka - tidak akan mengubah orientasi hidup kita kepada Tuhan. Apapun yang menekan kehidupan kita - entah kesulitan ekonomi, sakit penyakit, kehilangan pekerjaan dsj -  jika kita dekat dengan sumber kehidupan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kasih, maka kita tetap akan memperoleh kekuatan dan tidak tawar hati serta menjauh dari Tuhan. Sebaliknya, kita dimampukan untuk terus menerus menghadapi berbagai rupa kehidupan dengan kekuatan daripada-Nya. Asalkan kita tidak berada pada titik terjauh (aphelion) melainkan titik terdekat (perihelion).

Marilah kita dekat dan melekat pada Sang Bapa melalui Sang Putra agar senantiasa mendapatkan kekuatan-Nya menjalani kehidupan

No comments:

Post a Comment