Tuesday, December 24, 2019

GEMBALA JIWA KITA


Kita tentu pernah mendengar lirik lagu pujian sbb: “Tak pernah Tuhan janji/ Hidupku takkan berduri/ Tak pernah Dia janji lautan tenang/Tetapi Dia berjanji kan selalu sertaku/ Dan menuntun jalan hidupku slalu/ Janji-Nya Dia atur langkahku/ Janji-Nya Dia pegang tanganku……….dst. 

Ya, hidup tidak selalu indah dan menyenangkan. Sebagaimana roda berputar tidak selalu di atas. Ada kalanya di bawah. Saat kita menengokkan wajah kita di jendela kereta api, kadang kita melihat sawah menghampar dan padi menghijau meneduhkan mata dan jiwa. Namun ada saatnya kita melihat pemandangan gersang membentang di pematang atau kumuh sebuah kelompok masyarakat yang dilewati laju kereta. 

Mazmur 23:1 mengatakan, “YHWH roi, lo ekshar” (Yahweh adalah gembalaku, takkan kekurangan aku). Bahkan dilanjutkan dengan kalimat yang memberikan janji-janji indah, “Dia membaringkan”, “Dia membimbing”, “Dia menyegarkan”, “Dia menuntun”. Kalimat yang mengindikasikan keberhasilan, kemenangan, kenyamanan bukan? Namun saat membaca Mazmur 2:4, “ki elek be ge tsalmawet” (Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman)Apa artinya? Ada saatnya kenyamanan kita terusik, kemapanan kita tergoncang. Kita diijinkan memasuki “lembah kekelaman” (situasi krisis). 

Menjadi orang Kristen bukan berarti kita tidak tersentuh penderitaan dan krisis. Tidak selalu berkemenangan dan berhasil terus menerus. Yang membedakan adalah sikap kita dalam merespon dan menghadapinya. 

Haruslah kita menguatkan iman dan pengharapan serta berkata, “aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”. Sikap ini muncul dikarenakan kita percaya bahwa Tuhan YHWH adalah Gembala kita dan Yesus Sang Mesias Juruslamat kita, sehingga sekalipun kita mengalami krisis, pada akhirnya kita tetap tidak akan berkekurangan (lo ekshar). 

Kita tengah menutup akhir hari dan akhir tahun. Kita tidak pernah tahu keberuntungan dan kerugian apa yang akan menantikan di hari depan. Kita tidak perlu menyombongkan keyakinan kita tentang hari esok (Yak 4:13). 

Semua kemungkinan akan terjadi sebagaimana telah terjadi sebelumnya (suka-duka atau untung-rugi). Yang terpenting adalah keyakinan pada Tuhan dan penyandaran sepenuhnya pada penyertaan-Nya agar kita senantiasa siap bukan hanya untuk menerima kebaikan melainkan keburukkan sekalipun tidak kita inginkan (Yes 45:7). Biarlah hatimu hidup untuk selamanya” (Mzm 22:26)

No comments:

Post a Comment