Thursday, December 5, 2019

EKBASIS (JALAN KELUAR)


Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. 

Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang. Keledai itu mengibaskan kembali tubuhnya dan menaiki tanah tersebut. Semakin tanah ditimbun, semakin tinggi tanah tersebut naik. Menjelang siang, keledai itu dapat keluar dari lubang, lalu merumput di padang rumput hijau. Hidup itu bagai mata pedang dan kepingan uang. 

Tidak hanya satu sisi saja. Ada suka ada duka, ada derita ada bahagia, ada kesulitan ada kemudahan, ada kegagalan ada keberhasilan. Keduanya kesatuan dari kepingan uang dan kesatuan dari ketajaman pedang. 

Beberapa orang kerap menghindari yang namanya kesukaran dan kegagalan. Mengapa mereka menghindari? Karena kegagalan itu menyakitkan. Karena kesukaran itu melelahkan. Beberapa orang hanya menginginkan satu kepingan kehidupan yaitu kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, kenyamanan. 

Padahal jika diteropong dengan seksama, kesuksesan dan kekayaan seseorang (terlepas ada sejumlah orang yang meretas dan menyintas dengan melakukan pekerjaan yang tidak halal) hanyalah penampakkan terakhir dirinya di puncak pendakian. Namun orang tidak memperhatikan seberapa banyak orang yang telah mencapai puncak melewati rute pendakian dan seberapa banyak tempat yang bisa menjebak dan menjatuhkannya berhasil dilewatinya. 

Oleh karena itu, saat kesulitan dan persoalan datang, disitulah ada sebuah kesempatan disediakan bagi kita untuk lolos dan keluar dari jebakkan kesulitan atau justru semakin terpuruk dan terkubur dalam persoalan. 

Seperti keledai yang terperosok, saat butiran tanah keputusasaann yang dilemparkan sang tuan berniat menguburnya, dia justru mengibaskankan tanah yang mengenai tubuhnya dan menepi untuk kemudian menaiki dan menjadikannya tangga agar dia bisa sampai ke tepian lubang yang sanggup dia lompati. 

Bukankah sudah dikatakan, “...Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Kor 10:13). Ketika persoalan datang, fikirkanlah “jalan keluar” (ekbasis, Yun) yang telah disediakan Tuhan agar kita temukan

No comments:

Post a Comment