Kehidupan, selalu terdiri dari tiga rentangan
waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Beberapa orang berpengaruh
kerap mengutip adagium ini, “Yesterday is
history, tomorrow is a mystery, today is a gift of God, which is why we call it
the present” (Kemarin adalah sejarah dan masa depan adalah misteri. Hari
ini adalah karunia Tuhan, itulah sebabnya kita menyebutnya hari ini). Masa
depan, selalu menimbulkan keingintahuan.
Apakah di masa depan kita akan sukses?
Apakah di masa depan kita akan mendapatkan jodoh? Apakah di masa depan kita
akan mendapatkan pekerjaan? Apakah di masa depan kita akan dipecat dari
pekerjaan? Apakah di masa depan kita masih diberikan kesempatan kehidupan?
Tidak ada satupun yang memiliki kepastian detail demi detail kehidupan yang
akan kita jalani di masa depan. Itulah sebabnya sejumlah orang berusaha
mengintip masa depan. Dengan cara apa? Dengan bertanya pada jasa para cenayang.
Di era modern dan teknologi informasi ini, perang cenayang bukan menghilang
melainkan semakin dibutuhkan. Merekapun telah bertransformasi dalam pakaian dan
metodologi. Tidak lagi berambut gondrong ataupun berpakaian aneh-aneh dengan
dupa membubung dan aneka bunga merubung. Mereka tampil dengan modis dan stylish
menyesuaikan dengan era masa kini untuk menjual “informasi” masa depan.
Bagaimana orang Kristen harus menyikapi masa depan? Sebuah lagu dengan judul “Tak Kutahu Kan Hari Esok” merefleksikan
sebuah keyakinan terhadap penyertaan Tuhan sekalipun terkadang masa depan penuh
ketidakpastian sbb: Bait 1. Tak ku tahu
kan hari esok/Namun langkah ku tegap/Bukan surya yang ku harapkan/Kar'na surya
kan lenyap/Oh tiada ku gelisah/Akan masa menjelang/Ku berjalan serta
Yesus/Maka hati ku tenang. Refr: Banyak hal tak ku pahami/Dalam masa
menjelang/Tapi t'rang bagi ku ini/Tangan Tuhan yang pegang/ Bait 2. Tak ku tahu
kan hari esok/Mungkin langit kan gelap/Tapi Dia yang berkasihan/Melindungi ku
tetap/Meski susah ku perjalanan/Glombang dunia menderu/Di pimpin-Nya ku
bertahan/Sampai akhir langkah ku/.
Masa depan harus dihadapi diantara dua
titik ekstrim batu karang over optimis dan over pesimism. Itulah sebabnya Yakobus
mengingatkan agar jangan berlebihan menyikapi masa depan. Sebaliknya, keyakinan
pada kuasa Tuhan sebagai titik tengah diantara dua karang ekstrim selayaknya
dilakukan yaitu, “Jika Tuhan
menghendakinya kami akan hidup dan
berbuat ini dan itu” (Yak 4:15).
Selamat memasuki masa depan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberkati dalam nama Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal dan Junjungan Agung Yang Ilahi
Selamat memasuki masa depan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberkati dalam nama Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal dan Junjungan Agung Yang Ilahi
No comments:
Post a Comment