Thursday, January 11, 2018

INTEGRITAS MORAL


Ada seorang India yang pergi ke peternakan di Belanda dia terkejut dengan cara bagaimana temannya membeli susu, temannya itu hanya menaruh gelas dibawah tanki, membuka keran untuk mengisi gelas tersebut, lalu menaruh uang pembayarannya di dalam sebuah mangkuk. 

Dalam semua proses itu, tidak ada seorang pun yang menjaga tempat penjualan susu itu. Kemudian orang India itu berkata, “jika di India maka pastilah susu dan mangkok uangnya akan diambil”. Yang menarik penulis buku itu melanjutkan demikian, Jika saya pergi membawa susu dan uangnya, pemilik peternakan kemudian akan memperkerjakan seorang sales untuk menjaga. 

Siapa yang akan membayarnya? Tentunya saya, sebagai konsumen. Bagaimanapun juga, jika konsumen tidak jujur, mengapa supplier harus jujur? Ia akan menambahkan air ke dalam susu untuk memperbanyak isinya. Maka akan ada protes bahwa susu tersebut sudah tercemar, maka pemerintah akan menunjuk seorang pengawas mutu susu. Tetapi siapakah yang harus membayar para pengawas itu ? tentunya saya, sebagai pembayar pajak. Jika konsumen dan supplier tidak jujur, mengapa pula para pengawas harus jujur? Mereka akan meminta uang suap dari para supplier. 

Jika mereka tidak mendapatkan uang suap, mereka akan menggunakan satu atau beberapa peraturan untuk membuat penjualan cukup tertunda agar membuat susu yang tidak diawetkan menjadi mengental. Siapa yang akan membayar uang suap itu? Awalnya supplier, tetapi lambat laun sang konsumen. 

Perilaku jujur dikaitkan dengan istilah “integritas moral”. Integritas dikaitkan dengan kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran dan tanggung jawab dalam integritas biasanya terekspresi melalui sikap, perilaku, kebiasaan, etos, karakter, gaya hidup, etika, etiket, dan moral. 

Orang-orang berintegritas tinggi selaras hidupnya antara pikiran, ucapan, hati nurani, dan tindakan. Orang-orang yang serakah, culas, banyak bohong, suka berpura-pura, adalah orang-orang yang tidak memiliki fondasi untuk mempraktikkan integritas di dalam hidupnya. 

Kisah Ananias dan Safira menjadi contoh paling baik bagi kita untuk memahami perilaku dan tindakkan yang tidak berintegritas dimana suami istri ini “menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu” (Kis 5:2) dan “mendustai Roh Kudus” (Kis 5:3) atau “mencobai Roh Tuhan” (Kis 5:11) yang mana menghasilkan hukuman yang mematikkan (Kis 5:10).

No comments:

Post a Comment