Wednesday, July 26, 2017

STIGMA TERHADAP FARISI DAN SADUKI


Ketika kita mendengar nama Farisi dan Saduki, hampir kebanyakan diantara orang Kristen akan memiliki sejumlah prasangka yang sudah terpateri dalam alam bawa sadar sebagai sekelompok orang-orang Yahudi yang berlaku munafik. Dengan kata lain, Farisi dan Saduki menjadi simbol bagi kemunafikkan. Apalagi jika kita membaca Kitab Injil dimana Yeshua Sang Mesias kerap terlibat perdebatan dengan orang-orang Farisi dan Saduki. 


Bahkan narasi panjang Matius 23:1-36 saat Yesus mengecam orang Farisi dan Saduki selalu disematkan julukan, “hai kamu orang munafik”. Jika ada orang menjalani praktik hidup saleh, kerap kalimat ejekkan berikut terlontar, “Ah...sok suci seperti orang Farisi dan Saduki”. 

Benarkah orang Farisi dan Saduki serta Soferim (Ahli Taurat) adalah orang-orang munafik? Pertama, Farisi, Saduki, Soferim hanyalah nama mazhab dalam Yudaisme. Ada banyak mazhab dalam agama Yudaisme dan Farisi, Saduki hanyalah salah satu mazhab. Sekalipun terlihat ketat dan kaku dalam menjalankan aturan agama dan peribadatannya, ternyata dalam literatur kelompok Esseni yang hidup di era sebelum Masehi dan naskah-naskahnya ditemukan dalam bentuk gulungan papirus dan perkamen di gua Qumran di Laut Mati (dikenal dengan istilah Dead Sea Scroll of Qumran), justru orang-orang Farisi dituding sebagai, doreshe halakhot alias orang yang menjalani kehidupan agama yang lebih mudah dan kurang ketat dibandingkan komunitas di Qumran, sebagaimana disitir oleh Geza Vermes dalam The Complete of Dead Sea Scroll in English (2004) saat mengulas naskah 4Q169. 


Bahkan Rabi Eleazar seorang Farisi pun menentang bentuk-bentuk kemunafikkan sebagaimana dikatakan, “dimanapun kemunafikan dapat ditemukan, akan menurunkan amarah Tuhan pada dunia” (b.Sotah 41b). Yesus tetap merintahkan untuk mengikuti ajaran orang Farisi namun jangan mengikuti perbuatan mereka yang munafik (Mat 23:2). Bahkan Rasul Paul yang menjadi rasul bagi orang non Yahudi pun seorang Farisi yang ketat (Fil 3:5). 

Kemunafikkan ada di setiap penganut agama bahkan mazhab-mazhab dalam sebuah agama sebagaimana dikatakan Brad. H. Young, “Hypocrisy is a problem for all religious faith communities” (Meet the Rabbis: Rabbinic Thought and the Teaching of Jesus, 2007:8). Beberapa orang Farisi dan Saduki memperlihatkan kemunafikan dibalik kesalehannya agar kita mewaspadai dan membuang kemunafikan.

No comments:

Post a Comment