Tanpa pemahaman konteks sosio religius Yahudi dan Yudaisme kita tidak mendapatkan gambaran yang utuh dalam memahami istilah “rumah ibadat” sebagaimana deskripsi Lukas 4:16, “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”
Frasa “rumah ibadat” tidak bisa dilepaskan dengan “hari
Sabat”. Namun apa nama rumah ibadat yang dimaksudkan dalam teks tersebut? Dalam
teks Yunani tertulis, toon Sabbatoon eis
ten Sunagoogen. Lebih tepat diterjemahkan Sinagog untuk mendekatkan teks dengan konteks sosio religius Yahudi
dan Yudaisme daripada mengaburkannya dengan terjemahan umum “rumah ibadat”.
Ada banyak istilah sinagog
dalam Kitab Perjanjian Baru (Kis 9:20; 13:5; 14:1; 15:21; 16:13; 17:1,10,17 ;
18:4, 19, Yak 2:2) namun LAI terkesan menyamarkan maknanya hanya dengan
menerjemahkannya menjadi “rumah ibadat” sekalipun di beberapa tempat
menerjemahkan dengan “sinagoga”. H.H. Rowley menjelaskan perihal asal usul sinagog,
“...sinagoge mula-mula berdiri di antara
kaum buangan di babel, waktu mereka mulai berkumpul agaknya di rumah-rumah
mereka sendiri, dengan maksud mempertahankan iman mereka” (Ibadat
Israel Kuno, 2002:180).
Fungsi Sinagog adalah tempat pengajaran, tempat berdoa
serta kiblat doa (Ibid., 183-185). Jadi, selain keluarga dan rumah sebagai
pembentukkan iman (Ul 6:4-9), sinagog menjadi pusat ibadah dan pengajaran.
Lebih jelas lagi diterangkan oleh Brad H. Young bahwa di Abad 1 Ms, selain
sinagog ada bet midrash (rumah
belajar) yang memfokuskan untuk menganalisis dan mempelajari Kitab Suci yaitu
Torah sebagaimana dikatakan, “In the
synagogue Torah was read and expounded and in the bet midrash it was memorized
and studied. These two institution helped spawn a Torah-centric culture in the
first-century Israel” (Di sinagoga, Torah dibacakan dan dijelaskan
sementara di bet midrash, Torah diingat dan dipelajari. Dua institusi ini telah
menolong menelurkan budaya yang berpusat pada Torah di Israel Abad Pertama - Meet
The Rabbis: Rabbinic Thought and The Teaching of Jesus, 2010:29).
Dengan membiarkan kata sinagog muncul dalam terjemahan
Kitab Suci berbahasa Indonesia, bukan hanya memberikan informasi mengenai
fungsi spiritual dan intelektualnya namun mendekatkan kekristenan pada akar
keimanannya yang bersumber dari Yudaisme yang berbasis Torah dan Sinagog.
No comments:
Post a Comment