Sunday, July 23, 2017

SAAT SAUDARAMU JATUH MISKIN



Pengaruh Teologi Kemakmuran yang merupakan kepanjangan tangan kapitalisme dalam gereja yang berkembang di Amerika telah mengontruksi pemahaman banyak umat Kristen – termasuk di Indonesia yang menganut teologi serupa – bahwa kemiskinan adalah kutuk dan kemiskinan seperti penyakit yang harus diusir layaknya doa-doa pengusiran setan, sebagaimana dipraktekkan sejumlah gereja di Indonesia. 

Pemahaman sempit demikian bukan hanya tidak berdasar namun kontradiktif dengan banyak ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh dan Perjanjian Baru perihal mengapa seseorang mengalami kemiskinan dan bagaimana orang Kristen dapat mengambil bagian dalam memperlakukan orang miskin sebagaimana diperintahkan Tuhan. 

Salah satunya diperintahkan Tuhan Yahweh dalam Imamat 25:35-38. Ayat tersebut menegaskan tiga hal: Pertama, kemiskinan bisa terjadi pada siapapun sebagaimana dikatakan, “Apabila saudaramu jatuh miskin”. Seseorang bisa miskin karena banyak faktor al., kemalasan, kebodohan, gagal bisnis, dicurangi orang lain, akibat sebuah kebijakkan pemerintah yang merugikan dll. Kedua, jika saudara kita mengalami kondisi kemiskinan karena sebuah sebab, kita harus mengambil bagian untuk menopangnya sebagaimana dikatakan, “…maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang…Kata yang diterjemahkan dengan “menyokong” dalam bahasa Ibraninya dipergunakan kata Ibrani hekhezakhta (akar katanya khazaq: membuat kuat). 

Orang asing (ger) dan pendatang (toshav) adalah orang non Israel yang tinggal dan mengikuti aturan hukum di Israel (Kel 12:49, Im 19:33). Konsekwensinya, jika orang asing dan pendatang saja harus dilindungi apalagi saudara sendiri yang mengalami kesusahan. Ketiga, jangan mengambil riba saat meminjamkan uang kepada saudara yang kesusahan sebagaimana dikatakan, “Janganlah engkau mengambil bunga uang (nesek) atau riba (marbit) daripadanya…”. Tuhan melarang mengambil riba dan bunga dikarenakan: merugikan sesama (Yehz 22:12), mengambil keuntungan pribadi (Ams 28:8). 

Sudahkah Anda menjadi saudara bagi orang lain dan sudahkah Anda menjadi saudara bagi saudara Anda sendiri dengan menopangnya saat dia mengalami jatuh miskin? Jika Anda mampu secara ekonomi, meminjamkan sebagian harta Anda  (Mat 5:42) adalah wujud hekhezakhta (membuat kuat) Anda terhadap saudara/sesama.

No comments:

Post a Comment