Sunday, September 23, 2018

APAKAH YESUS MELARANG PERCERAIAN?


Dalam Injil Markus, orang-orang Farisi datang kepada Yesus dan bertanya kepadanya, "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?" (Mark 10:1-12). Menyimpulkan jawabannya Yesus menyatakan demikian, "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah” (Mark 10:12). 


Hal ini tampaknya merupakan pernyataan yang benar-benar menyangkal legitimasi untuk bercerai dan menikah kembali. Namun Injil Matius menjelaskan bahwa ini bukanlah pertanyaan yang tepat. 

Secara harfiah, tidak ada orang Israel pada masa Yesus yang berpikir bahwa mungkin Firman Tuhan yang diberikan melalui Musa sama sekali salah dalam mengizinkan perceraian sama sekali. 

Sebenarnya, tidak ada yang memperdebatkan apakah perceraian diizinkan, melainkan seberapa bebas hal itu dapat dipraktekkan. Injil Matius memberikan versi yang lebih lengkap dari pertanyaan ini dan oleh karena itu menentukan jawaban Yesus dalam konteks yang benar. 

Menurut Injil Matius, beberapa orang Farisi mencobai Yesus dengan bertanya kepadanya, “Dapatkah seorang suami menceraikan istrinya karena suatu alasan?" (Mat 19:3-9). Pendekatan Yahudi konservatif memahami "ketidaksetiaan", "pelecehan", atau "pengabaian" sebagai satu-satunya alasan sah untuk bercerai (Ul 24: 1-4; Kel 21: 10-11). 

Pandangan ini diwakili oleh Rabi Mazhab Farisi bernama Shammai, sementara beberapa penafsir Yahudi yang lebih moderat berpendapat bahwa seseorang memiliki hak untuk menceraikan istrinya dengan alasan apapun (Talmud Babilonia, Gittin 90a). 

Pandangan terakhir diwakili oleh Rabi Mazhab Farisi bernama Shammai. Dengan kata lain, ada banyak perceraian tidak sah yang dijamin di komunitas Yahudi pada masa Yesus yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan dalam Torah

Dalam persoalan perceraian – untuk alasan apapun ini -  Yesus bersabda sebagaimana dikatakan dalam Lukas 16:18 dan Markus 10:12. Jika dibaca dalam konteks Kristen abad ke 21, nampak bahwa Yesus melarang semua pernikahan kembali. 

Jika dibaca di abad pertama konteks Yahudi, pernyataan Yesus tidak dapat diartikan sebagai pernyataan selimut yang mengecam semua pernikahan kembali, namun hanya jika ada perceraian tidak sah. Halakah (fatwa) Yeshua perihal perceraian dekat dengan Mazhab Farisi golongan Shamai

No comments:

Post a Comment