Thursday, September 20, 2018

KESETIAAN


Seorang lelaki pergi ke pesta dengan pakaian yang sederhana. Tidak ada yang tertarik padanya berbicara. Ia lalu memperhatikan seorang gadis yang dari tadi dikelilingi banyak orang. 

Di akhir pesta itu, ia memberanikan diri mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi. Karena kelihatannya laki-laki itu menunjukkan sikap yang sopan, gadis itupun memenuhi undangannya. Tak lama kemudian, mereka berdua duduk di sebuah warung kopi. 

Karena kegugupan memulai percakapan ia berkata kepada pelayan, "Dapatkah engkau memberiku sedikit garam untuk kopiku?"  Setiap orang yang ada di sekitar mereka memandang lelaki itu keheranan. Wajahnya memerah seketika, tetapi ia tetap memasukkan garam itu ke dalam kopinya lalu kemudian meminumnya. 

Penuh rasa ingin tahu, gadis yang duduk di depannya bertanya, "Bagaimana kau bisa mempunyai hobi yang aneh ini?" Laki-laki itupun menceritakan sambil berurai air mata perihal kehidupan masa kecilnya yang dekat pantai dan akrab dengan garam. Singkat cerita pengalaman itu mempersatukan mereka dalam perniakahan bahagian. 

Sesudah empat puluh tahun menikah, meninggallah suaminya. Ia meninggalkan surat kepada istrinya, "Sayangku, maafkan aku, maafkan kebohonganku selama aku hidup. Inilah satu-satunya kebohonganku padamu, yaitu tentang "kopi asin". Ingatkah engkau pertama kali kita bertemu dan berpacaran? Saat itu aku begitu gugup untuk memulai percakapan kita. Karena kegugupanku, aku akhirnya meminta garam padahal yang aku maksudkan adalah gula. Telah kucoba berulang kali hendak menceritakannya padamu. Selama hidupku aku baru meminum kopi asin sejak aku mengenalmu. Meski begitu, aku tidak pernah menyesal untuk apapun yang aku lakukan untukmu. Memiliki engkau merupakan kebahagiaan terbesar yang pernah aku miliki selama hidupku. Jika aku dapat hidup untuk kedua kalinya, aku tetap ingin mengenalmu dan memilikimu selamanya, meskipun aku harus meminum kopi asin lagi". 

Air mata wanita itu membasahi surat yang dibacanya. Kita selalu berpikir bahwa kita sudah mengenal pasangan kita lebih dari orang lain mengenal mereka. Tetapi mungkin saja ada hal-hal tertentu yang tidak kita ketahui di mana pasangan kita telah rela meminum “kopi asin” dengan membuang ego, kesombongan, kesenangan dan hobinya untuk menjaga keharmonisan hubungan kita dengannya. 

Apa yang menyebabkan seorang pria sebagaimana kisah di atas tetap merasakkan manisnya garam yang diberikan istrinya pada secangkir kopinya? Mungkin kita menilainya sebagai sebentuk rasa takut kehilangan karena pasangannya akan meresa dikecewakan oleh sebuah dusta. Namun di sisi lain, sikap ini merupakan ekspresi cinta dan kesetiaan hingga dapat menanggung sekian puluh tahun menjalani model meminum kopi bukan dengan gula melainkan garam. Mencinta, layaknya merasakan gula yang manis sekalipun garam yang dimakan. 

Marilah kita merawat cinta dan kesetiaan satu sama lain sebagaimana Tuhan YHWH bersabda, "Bukankah Tuhan yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya" (Maleakhi 2:15). Membangun rumah tangga tidak semudah membangun rumah tinggal, karena elemen penyusun rumah tangga bukan terdiri dari benda-benda mati melainkan hati, pikiran, perasaan. Saling mengerti pikiran, perasaan masing-masing pasangan dapat tetap menjaga keutuhan rumah tangga. Cinta dan kesetiaan serta saling mengerti adalah salah dari elemen-elemen yang mengokohkan rumah tangga.


No comments:

Post a Comment