Sunday, September 23, 2018

INTI TORAH


Tidak begitu mudah mengajarkan dan meyakinkan umat Kristen yang telah terbentuk oleh lapisan-lapisan pengajaran yang mendudukan Torah sebagai produk umat sebelum Yesus yang hanya berhubungan dengan umat Israel kuno belaka. 

Istilah Torah sudah mengandung asosiasi yang bersifat negatif dan membebani seperti “hukum”, “hukuman”, “kuk”, “legalisme”, “tidak ada satupun yang mampu melakukannya”. Padahal jika kita merenungkan lebih jauh, jika Torah berasal dari Tuhan YHWH Sang Pencipta, lantas untuk apa tujuan Tuhan memberikan Torah jika umatnya tidak mampu melakukannya? 

Berbagai kesalahpahaman perihal kedudukan Torah dalam kehidupan iman Kristiani dikarenakan kegagalan membaca dan memahami sabda Yesus dan tulisan para rasul khususnya Rasul Paulus dalam konteks Semitik Yudaik. Jika Yesus bersabda tidak membatalkan Torah (Mat 5:17-28), lantas mengapa kita mengajarkan yang bersebrangan dengan apa yang beliau katakan? 

Jika Rasul Paul berulangkali mengatakan bahwa dirinya tidak membatalkan Torah (Rm 3:31) mengapa kita bersikeras bahwa Torah sudah tidak berlaku dalam kehidupan Kristiani? Jika Pemazmur menegaskan Torah sumber kehidupan kebahagiaan (Mzm 1:1-6) mengapa pula kita terus menerus mengatakan bahwa Torah adalah “kuk perhambaan?”

Yang dikecam oleh Yesus adalah kemunafikan para penafsir Torah yang kerap terlibat diskusi dan perdebatan dengan beliau yaitu beberapa orang Farisi dan Saduki (Mat 23:1-7). Yang dikecam oleh Rasul Paul adalah praktik legalistik yang diajarkan sejumlah pengajar Torah yaitu memutlakkan Torah sebagai Juruslamat dan menekankan perbuatan sendiri untuk mendapatkan pembenaran dari Tuhan (Ef 2:8-9). 

Jika Rabi Moshe Maimonides (1135-1204) mengajarkan bahwa perintah Torah (Kejadian-Ulangan) ada 613 yang terbagi menjadi 365 perintah negatif (larangan) dan 248 perintah positif (anjuran), maka jika diperas hanya akan dijumpai 10 perintah saja sebagaimana tercantum dalam loh batu di Sinai dan jika diperas kembali menyisakan dua hukum mulia yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Mat 22:34-40, Mat 23:23). 

Itulah inti Torah. Pengikut Yesus tetap mematuhi syariat Torah (Kis 21:20) sebagai pedoman ibadah dan perilaku dalam terang kematian dan kebangkitan Yesus. Korban merupakan bayang-bayang dan wujudnya adalah Yesus. Kita tidak melakukan korban karena Yesus adalah korban sejati kita.

No comments:

Post a Comment