Seiring maraknya teknologi informasi dalam
bentuk internet yang bisa kita akses bukan hanya di laptop ataupun personal computer di rumah kita
melainkan melalui hand phone, kita kerap dibanjiri dengan berbagai informasi
perihal semakin maraknya perilaku tidak sopan dari masyarakat kita. Ironisnya,
perilaku ketidaksopanan itu bukan hanya diperlihatkan oleh orang-orang yang
tidak terpelajar melainkan orang-orang terpelajar, terdidik bahkan dengan
status sosial yang tinggi dan berpengaruh di mata publik. Kita sudah kenyang
disuguhi informasi perihal pemukulan seorang murid pada gurunya atau kekerasan
orang tua terhadap guru, menghina pemimpin negara dengan gambar dan kalimat
seronok, melecehkan sebuah kebijakkan publik bukan dengan argumentasi logis
melainkan hinaan dan caci maki tanpa bobot argumentasi logis sama sekali,
makian-makian berbau rasialis dan agama yang kerap dipertontonkan pejabat,
politisi, akademisi di muka publik secara verbal tanpa rasa malu dan sungkan.
Anehnya, masih saja ada ulasan murahan dan dangkal yang menghubungkan perubahan
perilaku masyarakat kita terkait dengan infiltrasi kebudayaan asing yang begitu
dominan mempengaruhi masyarakat kita. Tudingan-tudingan demikian hanya mencari
kambing hitam dan tidak berani jujur melihat bahwa sumber dan akar perilaku
ketidaksopanan itu memang bersumber dari masyarakat kita sendiri.
Paska
jatuhnya rezim Orde Baru yang jawa sentris dengan mengedepankan konsep-konsep
jawa perihal kesopanan justru menimbulkan reaksi lanjutan berupa penolakkan
secara langsung dengan nilai-nilai yang merepresentasikan kejawaan yaitu
perihal tata krama dan kesantunan yang kerap menjadi alat kaum feodal dan
aristorkat untuk menyembunyikan kejahatan serta memperlemah suara kritis
masyarakat. Aktualisasinya di dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah sikap
anti tesis berupa ungkapan verbal yang vulgar hingga mencapai bentuk-bentuknya
yang menjauh dari nilai-nilai kesopanan.
Ketidaksopanan justru semakin hari
menjadi sebuah nilai dan norma yang diterima dan kerap diduplikasi mereka yng
mengakunya orang terdidik.
Kesopanan harus menjadi salah
satu ciri kehidupan orang Kristen sebagaimana dikatakan, “Marilah kita hidup dengan sopan…” (Rm 13:13), karena kesopanan
adalah salah satu dari wujud Kasih (1 Kor 13:5).
No comments:
Post a Comment