Di era teknologi informasi yang menghasilkan sejumlah modern gadget dan social media, ternyata membuat banyak orang tergoda untuk melakukan
berbagai manipulasi diri, mulai dari mengedit foto diri agar terlihat lebih
tampan dan cantik, berfoto di sejumlah tempat liburan mahal dan prestisius
untuk mengirim pesan betapa mapannya diri kita, menyandingkan barang-barang
mahal (mobil, motor, handphone, rumah, dll) seolah-olah kita adalah pemilik
atau konsumen utama. Mengunggah foto menu makanan mahal di restoran terkemuka
untuk mendapatkan pengakuan perihal selera makan. Ukuran keberhasilan dan
kesuksesan saat ini ditentukan oleh apa yang kita unggah di media sosial (facebook, instagram, you tube, line, whatsap,
dll).
Gejala Simulakra dan Hiperrealitas (istilah yng dipopulerkan
sosiolog Jean Baudrilard) mewabah dimana-mana. Simulakra adalah pencitraan realitas melalui simulasi berupa iklan.
Hiperrealitas adalah melampaui kenyataan sebenarnya. Setidaknya inilah yang
terjadi dan diakui oleh seorang blogger
fesyen bernama Essena O’Neil, seorang remaja berusia 18 tahun yang saat ini
mengampanyekan, “berhenti menipu diri sendiri lewat media sosial”. Ia memiliki
265.000 pengikut di You Tube dan 702.000 pengikut di instagram. Namun semua itu
tidak membuatnya berbahagia. Ketidakbahagiannya disebabkan dia kerap
memanipulasi keadaan dirinya sendiri agar terlibat kaya, keren, pintar, mapan,
prestisius. “Jangan biarkan jumlah
follower dan like mendefinisikan dirimu”, demikian ujar O’Neil. Oleh
karenanya jangan lekas percaya dengan sejumlah foto yang diunggah di media
sosial sehingga kita terpancing untuk menikmati, mengalami, memiliki sesuatu
yang di luar jangkauan dan kemampuan kita.
Bukan sebuah kekeliruan mengunggah
semua hal yang kita lihat dan alami, khususnya sebuah momentum yang
membahagiakan dan memotivasi orang atau sebuah tempat yang memantik inspirasi. Namun
lakukan semua itu secara natural dan tidak perlu memanipulasi diri dengan apa
yang kita unggah. Apalah arti semua foto yang kita unggah untuk membangun citra
diri kita sebagai orang yang smart, prestius, mapan, namun kenyataan diri kita
berbanding terbalik dengan yang kita unggah dan bagikan? Benarlah kata Amsal, “Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi
bekerja untuk diri sendiri, dari pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan
makan” (Ams 12:9).
No comments:
Post a Comment