Sunday, October 9, 2016

WAKTU ARITMETIK DAN WAKTU EKSISTENSIAL



Seorang raja muda dari Timur ingin menjadi orang baik dan bijaksana serta memerintah rakyatnya menurut kehendak Tuhan. Dia mengumpulkan semua orang paling bijaksana dari seluruh kerajaan dan memerintahkan mereka untuk mengumpulkan semua kebijaksanaan ke dalam buku-buku sehingga dia dapat membaca dan belajar sendiri bagaimana memerintah dengan baik. Orang-orang bijaksana itu segera memulai pekerjaan raksasa dan sesudah tiga puluh tahun pekerjaan itu selesai. Satu barisan unta panjang membawa lima ribu jilid buku berjalan menuju istana. Raja pada saat itu sudah berusia tengahan dan dipenuhi dengan banyak tugas dan rencana. Dia melihat unta-unta yang bermuatan itu dan berkata, “Saya terlalu sibuk untuk membaca begitu banyak buku. Bawa semua buku ini dan ringkaskan lagi untuk saya”. Pekerjaan meringkaskan memakan waktu lima belas tahun dan kemudian orang-orang bijaksana itu dengan bangga menghasilkan lima ratus jilid. Raja itu mengatakan, “Masih terlalu banyak. Lima puluh cukup”.  


Banyak orang bijaksana telah meninggal tetapi para pengganti mereka meneruskan karya itu dan dalam waktu sepuluh tahun mereka membawa lima puluh buku kepada raja. Pada saat itu raja sudah tua dan kelelahan. Raja mengatakan, “Kamu harus dapat meringkaskannya ke dalam satu buku”. Mereka dapat menyelesaikannya dalam waktu lima tahun. Tetapi ketika mereka membawa buku yang berharga itu kepada raja, itu sudah terlalu terlambat, sebab raja sudah terbaring dalam ranjang kematian. Demikianlah kisah perihal orang yang menunda-nunda untuk memperoleh sesuatu yang akan menuntunnya pada hikmat dan kebahagiaan yang menerangi kehidupan. 

Ibrani 3:7-9 berkata, “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya”. Frasa, “hari ini” (semeron, Yun) bukan waktu matematik melainkan waktu eksistensial dan momentum yang memanggil setiap orang dimanapun untuk memulai sebuah kehidupan yang baru dengan meninggalkan kehidupan yang lama, sebelum semua menjadi terlambat bagi kita untuk melakukan perubahan dan mendapatkan kebahagiaan.

No comments:

Post a Comment