Malam itu murid-murid Yesus Sang Mesias
terombang-ambing di lautan oleh karena datangnya angin sakal. Mereka
terperangkap dalam ributnya angin yang mempermainkan mereka sehingga mereka
kehilangan orientasi dan kepercayaan diri. Dalam kondisi panik mereka tidak
lagi dapat membedakan obyek-obyek yang mereka lihat dan jumpai di depan mereka.
Demikian pula saat angin sakal menghempaskan perahu mereka, “murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di
atas air, mereka terkejut dan berseru: ‘Itu hantu!’, lalu berteriak-teriak
karena takut” (Mat 14:26). Barulah saat Yesus bersabda, "Tenanglah! Aku ini, jangan
takut!" (Mat 14:27) muncul keberanian dan ketenangan diantara para
murid, walaupun salah satu murid yaitu Petrus masih ingin meyakinkan apa yang
dilihatnya sebagai kebenaran dengan mengajukan bukti agar dapat berjalan di
atas air menghampir Yeshua (Mat 14:28).
Bahkan setelah mampu berjalan di atas
air oleh ijin Yesus dan oleh karena kepercayaan Petrus, thoh angin yang besar
membuat nyali Petrus menjadi ciut dan menyebabkan tenggelam dirinya (Mat 14:29-30). Yesus menegur Petrus dengan berkata, “Hai
orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Mat 14:31). Kata
Yunani oligopiste atau kata Ibrani qeton emunah artinya “iman yang kecil”
alias “kurang penuh kepercayaannya”. Jika saya dalam posisi Petrus, kemungkinan
saya akan mengalami apa yang Petrus alami, bimbang, takut, saat badai tiba
bahkan masih ragu jika Yesus ada dekat diri kita sehingga mungkin pula saya
tenggelam seperti Petrus.
Narasi ini bukan dituliskan untuk kita
memperbincangkan kekurang percayaan Petrus dan menyalahkan atas ketidakpercayaan
dan kebimbangannya. Sebaliknya, kisah ini bercerita tentang diri kita
masing-masing. Ketakutan kita, kekuatiran kita, kebimbangan kita, keraguan
kita, kecilnya iman kita saat persoalan yang besar dan melampui kemampuan kita
tiba-tiba datang menghempaskan diri kita kita. Oleh karena narasi di atas
berbicara perihal diri kita masing-masing, marilah kita fokuskan saja pada
sabda Yesus Sang Mesias yang meredakkan semua badai dan persoalan yang
menyergap kita saat beliau berkata, “"Tenanglah!
Aku ini, jangan takut!". Supaya kita tidak dikuasai rasa takut yang
menghilangkan seluruh akal sehat dan keberanian kita, maka tenanglah agar kita
bisa melihat Yesus tetap ada di samping kita serta mendampingi kita.
Dengarkanlah apa yang akan Dia sabdakan dan lakukan bagi hidup kita saat badai
tiba.
No comments:
Post a Comment