Perayaan Rosh ha Shanah
(tahun baru Ibrani) atau Yom Shofar
(peniupan sangkakala) menunjuk pada peniupan shofar
(tanduk domba yang panjang) sebagai
penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga
peringatan penghakiman YHWH. Barney
Kasdan dalam bukunya berjudul God’s
Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the
Biblical Holidays”(p.64-67)
memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah
sbb: “Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu
pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang
Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana
Bangsa Israel mengambil persediaan kondisi
spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan.
Dalam sinagog-sinagog,
shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi
peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum
Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan
baptisan air (tevilah mikveh) untuk
melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan
maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian
selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga
dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang.
Dalam
Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang
Adil. Rasul Paul pun menghubungkan karakteristik Rosh ha Shanah untuk menggambarkan pengangkatan orang yang percaya
kepada Mesias di awan-awan sebagaimana dikatakan dalam 1 Tesalonika 4:16-18
sbb: “Sebab pada waktu
tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Junjungan Agung sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan
lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan
diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Junjungan Agung di
angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Junjungan
Agung. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan
ini”.
No comments:
Post a Comment