Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir). Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan. Peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya makan Pesakh merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang di namakan Seder Pesakh.
DR. David
Stern menjelaskan, “Seder adalah,
Tata Cara, namun istilah ini menunjuk pada tata cara makan dan perayaan yang
dilaksanakan saat Pesakh…Banyak dari ciri-ciri dalam Seder Modern tetap
dilaksanakan dimasa hidup Yeshua” (Jewish
New Testament Commentary, JNTP, 1998, p.78). Dalam Seder Pesakh malam itu, Yesus memberikan makna baru dalam setiap unsur-unsur di
dalamnya. Khususnya simbolisasi matsah (roti tidak beragi) dan kos (cawan) berisi pri
hagafen (hasil buah anggur). Yesus menghubungkan matsah dengan
tubuh-Nya yang akan diserahkan untuk untuk semua orang. Artinya, diri-Nya akan
ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan rencana
Bapa-Nya, penebusan manusia dari kutuk dosa yaitu maut. Dan cawan berisi anggur
dihubungkan dengan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua
orang. Darah ini menjadi meterai “perjanjian yang diperbarui” (Ibr: brit khadasha). Perjanjian pertama
dimeteraikan oleh darah, demikian pula perjanjian yang diperbarui dimeteraikan
oleh darah, sebagaimana dikatakan Ibrani 9:22 sbb: “Dan hampir segala
sesuatu disucikan menurut (Torah) dengan darah, dan tanpa penumpahan darah
tidak ada pengampunan”.
Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min.
menjelaskan sbb: “Yesus memulai Perjamuan
Malam Terakhir menurut tata cara Taurat dan tradisi Yahudi. Namun ada yang
tidak lazim pada Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem itu: Yesus memaknai roti
dan anggur secara baru, memberi perspektif eskatologis yang baru dan menetapkan
perjamuan malam...Perjamuan yang Yesus inginkan adalah seperti pada perayaan
Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi yang ditarik lebih jauh
sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih akan terjadi, dan dalam
pengharapan akan kedatangan Kerajaan (Tuhan) di masa depan” (Liturgi
Meja Tuhan: Dinamika Perayaan-Pelayanan, Jakarta: Unit Publikasi dan
Informasi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, 2005, hal 20-21)
No comments:
Post a Comment